***
Callix, aku titip Helena padamu ya? Tolong jangan buat dia menangis lagi..
-Astrophile de Zephyr Erlos***
Hari itu, seolah alam ikut menyaksikan kejadian didepan mata Helena, hujan turun dengan derasnya membasahi Hutan kala itu.
Helena masih dalam posisinya, hanya saja ia sudah menopang kepala Astrophille di pangkuan nya, dipeluk nya tubuh bersimbah darah Astrophille kuat-kuat.
Mata Helena menatap wajah Astrophille lekat-lekat, bahkan tanpa sadar tangannya bergerak menyentuh wajah indah milik Sang Putra Mahkota yang sudah memucat. Tiba-tiba, sosok dihadapannya itu bersuara.
"H-helena, maaf ya? Aku sekarang terlihat menyedihkan dihadapanmu.."ucap Astrophille dengan suara yang sudah serak. Mulut nya kembali mengeluarkan darah.
"Pangeran! Jangan buang-buang energi anda hanya untuk mengatakan omong kosong! Kumohon!"pinta Helena diikuti oleh isakan tangisnya yang sudah tak terbendung begitu mendengar suara Astrophille.
"Helena, dengarkan aku.."
"PANGERAN! TOLONG BERHENTI BERBICARA!"tegas Helena yang tidak bisa menghentikan air matanya yang terus menetes. Tangan penuh darah itu menangkap wajah cantik Helena, melembutkan tatapannya.
"Helena! Dengarkan aku, ya? Kumohon, untuk yang terakhir kali nya. "pinta Astrophille yang kemudian perlahan mengangkat kedua tangannya mengusap air mata Helena yang terus menerus mengucur.
Melihat kondisi Astrophille yang semakin buruk, mau tidak mau Helena harus mendengarkan apa yang diinginkan Astrophille. Helena menutup matanya sebentar lantas mengangguk tanda ia akan mendengarkan perkataan Astrophille.
"Helena.."panggil Astrophille sembari menatap Helena dengan mata ruby nya yang kian memudar. Ia sertai senyuman lembut nya yang belum pernah ia tampakkan pada Helena.
'Kumohon, jangan!'bisik Helena dalam hati.
"Terima kasih telah menjadi Cahaya untukku,"
"Terima kasih sudah menjadi bagian dari ceritaku,"
"Aku, benar-benar mencintaimu sampai akhir ceritaku-"sambung Astrophille yang seketika meneteskan air matanya untuk terakhir kalinya, tangan besar diwajah Helena kini turun perlahan, terjatuh begitu saja dalam genggam Helena, mata ruby itu mulai tertutup perlahan untuk selamanya.
"PANGERAN?? PANGERAN!!" teriak Helena histeris terus memanggil sang pangeran yang kini telah mendingin di pelukannya. Mengguncang tubuh itu pun rasa nya tak berguna.
Fajar menyingsing, suasana hati Helena sudah terlihat lebih tenang. Dipandangi nya wajah Sang Pangeran yang kini telah meninggalkannya untuk selamanya. Kali ini ia bahkan sudah tidak dapat meneteskan air mata.
"Pangeran.." panggil Helena dengan suara lembutnya. "aku bahkan belum mengatakan jawaban atas perasaanmu.."ucap Helena diikuti oleh senyuman tipis.
"Kau pergi disaat perasaanku belum sepenuhnya untukmu.."sambung Helena.
Kini, gadis Cather mendongak, dilihat nya sosok yang familiar tak jauh dihadapan yang terus berdiri sedari tadi menyaksikan kematian Astrophille. Raut wajah pria itu tidak karuan. Helena sekuat tenaga untuk menekan emosinya agar tidak meluap. Menunduk tak sanggup tatap lagi.
"Sebenarnya apa tujuanmu mengkhianati kami?" tanya Helena setelah mengatur pernafasannya.
"Federic?"panggil Helena lagi pada sosok sahabat baik-oh atau justru musuh dalam selimut Sang Putra Mahkota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helena:The Fading Light
Historical FictionHelena, putri satu satunya Duke cather yang sangat ia sayangi. bagaimana tidak? kelahiran nya sudah seperti cahaya bagi keluarga ini. seorang lady yang sangat misterius dikarenakan keberadaannya tidak banyak diketahui orang luar. Ya, kehidupan gadis...