Bab 19 [ Strategy Change ]

8 2 4
                                    

Disaat yang sama, Callix telah tiba di perkemahan pasukan kekaisaran. Dihari nan mendung itu, pasukan kekaisaran nampak ribut karena Putra Mahkota yang belum kunjung datang juga. Bukan hanya itu, keberadaan Callix di tempat ini saja sudah menimbulkan banyak tanda tanya.

"Pangeran Kedua, apa yang terjadi?" tanya Luke yang juga bingung dengan keberadaan Callix. Bukan apa apa, Callix ini termasuk jarang mengikuti peperangan karena biasanya kekaisaran hanya mengutus satu orang saja untuk berperang, dan itu tentu saja Astrophille.
"Ada hal mendesak yang perlu ku sampaikan.."ucap Callix.
Seketika, keadaan pasukan kekaisaran menjadi lebih kondusif karena melihat gerak gerik pangeran mereka menyiasatkan hal yang tidak mengenakan. Callix pun berusaha mempersiapkan dirinya agar dapat mengatakan nya dengan lebih tenang. Lantas ia berdiri di hadapan banyaknya pasukan kekaisaran yang tampak sudah penuh luka yang belum diobati, dan terus menunggu datangnya Sang Putra Mahkota.

"Sebelumnya aku minta maaf, karena terlambat menyampaikan ini.."
"Kakakku, Putra Mahkota Astrophille de Zephyr Erlos..."
"Ketika dalam perjalanan kesini, ia diserang oleh pengkhianat saat lengah."
"Dan kakakku, dia, sekarang.." Nampak perubahan raut wajah Sang Pangeran dan bagaimana bibirnya bergetar untuk menyampaikan berita tersebut.
"Kakakku, d-dia, telah meninggal dunia.." ucap Callix setelah mengatur pernafasan dan memberanikan dirinya.
Entah karena ia berbicara kematian sang kakak dihadapan banyak orang, atau karena debu yang masuk kedalam matanya. Callix meneteskan air matanya begitu ia menatap pasukan kekaisaran dengan berani untuk menyampaikan hal tersebut.

'Ah? Apa ini? Padahal aku membenci kakak karena ia selalu mendekati Helena..'

'Apa apaan?! Aku menangis?? Aku? Menangis? '

'Bodoh sekali! Padahal dia bukan kakak yang baik! '

Terlepas dari reaksi Callix yang segera menyeka air mata kemudian segera pergi, pasukan kekaisaran justru terdiam mematung begitu mendengar kabar tersebut. Entah karena shock atau karena masih tak ingin percaya bahwa Putra Mahkota telah tiada.
Sebaliknya, Luke yang berada disitu justru langsung menghampiri Callix dengan langkah berat dan tergesa gesa. Entah refleks atau apa, ia menarik Callix dari hadapan pasukan kekaisaran ke tempat yang lumayan sepi tanpa berbicara satu patah kata pun.

"Pangeran.." gumam Luke setelah memastikan tidak ada orang disekitarnya.

"Ya? "

"Apa yang anda katakan tadi, apakah benar?" Tanya Luke tanpa basa basi.

"Benar.."

"Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah Yang Mulia Putra Mahkota tidak selemah itu sampai bisa ditusuk dari belakang? "

"Bisakah anda menceritakan kronologinya? "

Sepersekian detik, Callix tetap terdiam. Langka memang, melihat sisi Luke yang seperti ini. Namun, ekspresi Callix menunjukkan seolah tidak ingin lagi membuka luka tersebut.
"Aku tak menyaksikannya, Luke.." ucap Callix memperjelas.

"Baiklah, kemudian apa anda tahu pelakunya?" Tanya Luke yang masih berusaha tenang.

"Itu.."Callix masih menimbang-nimbang apakah akan baik jika ia mengatakan kenyataannya tersebut.

"Federic.." jawab Callix ragu untuk memberitahu kebenarannya. Meski ia ragu, ia tetap memilih untuk memberi tahu, bagaimana pun mereka bertiga lebih akrab daripada siapapun.

".."

setelah mendengar nama temannya yang disebut, Luke terlihat memikirkan sesuatu, seolah ia mengetahui hal dibalik semua ini. Namun, anehnya ia tidak terlihat terkejut sama sekali dan segera meninggalkan Callix seorang diri.

"Apa apaan, sih, orang itu!" umpat Callix.

*

"baik biarkan aku mulai berbicara.." ucap Callix yang kali ini sudah memulai sebuah rapat strategi. "aku pikir, kita harus mengubah formasi pasukan kita. Jika sebelumnya kita hanya bergerak Ketika merasakan pergerakan mereka, bagaimana jika kita menggunakan taktik 'menjadi pagar rumah sendiri'?" sambung Callix sembari menganalisa pergerakan Kerajaan Howard sebelumnya berdasarkan laporan Luke.

Helena:The Fading LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang