Masih di dalam ruangan dengan sejuta perasaan yang tersimpan didalamnya. Dua gadis disana masih menikmati cangkir teh mereka- sampai Helena mengajukan pertanyaan diluar dugaan itu.
Ya, Putri Aerisha tau, dia yang paling tahu bagaimana menderitanya Sang kakak karena telah mengajarkan Helena sihir. Dia yang menyaksikan hari-hari Sang kakak yang terus dihantui rasa bersalah. Dia yang menyaksikan bagaimana Sang kakak hampir saja kehilangan akal sehatnya karena perbuatannya itu, hari-hari dimana Sang kakak tak dapat lagi melihat Cahaya yang begitu ia dambakan.
“Ada apa Tuan Putri?”tanya Helena melihat Aerisha tak merespon permintaannya.
“Mengapa? Kenapa sihir?” balas Aerisha kembali dengan pertanyaan. Wajahnya menyiratkan kehampaan tatkala pertanyaan itu keluar dari mulut gadis dihadapannya.
“Saya ingin mempelajarinya Tuan Putri, Saya akan balas dendam atas kematian Yang Mulia Putra Mahkota..” jelas Helena dengan tatapan nanar.
“Kenapa harus kakak? Aku bisa melakukannya! Kak Lena tak perlu mengambil resiko sebesar itu untuk Putra Mahkota..” balas Aerisha dengan sedikit menaikkan intonasinya.
“Tapi Saya ingin melakukannya Tuan Putri..”ucap Helena memelas.
"Mengapa? Apakah Kakakku seberharga itu buat kak Lena?"tanya Aerisha masih berusaha membujuk Helena.
"Benar, Tuan Putri. Dia, adalah teman pertamaku, juga tangan pertama yang meraihku sejauh ini.."balas Helena.
“Bagaimana jika kamu terluka Ketika berlatih? Aku pasti akan sedih! Dan Kak Cale pasti tidak akan mengizinkanku!” balas Aerisha penuh penekanan.
“Ayolah, kumohon Risha..” Helena kembali membujuk Tuan Putri itu. Bagaimanapun, rasanya tidak puas jika bukan dia sendiri yang melakukan balas dendam itu.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
“Baiklah, hanya jika Aku merasakan kekuatan sihir yang cukup. Oke?” jawab Risha berusaha mengambil penyelesaian yang tidak akan merugikan kedua belah pihak.
Kini mereka berdua sudah menempati posisi berhadapan agar Aerisha dapat mengecek kekuatan milik Helena. Putri Aerisha meletakkan kedua tangannya di dada Helena, kemudian merapalkan suatu mantra. Sepersekian detik, muncul cahaya dari balik telapak tangan Aerisha. Namun, hanya sebentar saja sebelum tubuh Tuan Putri itu terpental jauh dari Helena.
“TUAN PUTRI?“ teriak Helena Spontan melihat kejadian didepan matanya itu. Putri Aerisha ditempatnya masih meringis kesakitan dengan posisi terlentang.
“Ada apa ini Tuan Putri?” tanya Helena segera setelah menghampiri dan membantu Putri kecil itu bangkit dari jatuhnya.
Kini, atmosfer ruangan mendadak menegang tatkala pertanyaan Helena tak kunjung dijawab Oleh Penyihir Cilik itu. Dilihatnya Aerisha masih dengan nafas tersengal, ujung alis Putri itu pun terus mengkerut pertanda ia merasa kesakitan.
“Tuan Putri, Anda baik baik saja?”, tanya Helena yang terus-menerus khawatir akan kondisi Putri Aerisha yang tak kunjung membaik.
“Aku tak begitu yakin, tapi Aku merasakan penolakan dari dalam dirimu, kak." jelas Aerisha sembari terus mengatur nafasnya yang masih memburu.
“Apa maksud Anda, Tuan Putri?”
“Biasanya Para Penyihir yang melakukan pemeriksaan jenis sihir, akan memasukkan sedikit sihir-nya kedalam tubuh orang yang diperiksa untuk memastikan keberadaan sihir pemilik tubuh. Normalnya, tubuh akan menggabungkan sihir yang terdeteksi dengan sihir pemilik tubuh sehingga keduanya menjadi satu kesatuan, seolah tak pernah ada sihir yang masuk.”jelas Aeirisha yang sudah mulai stabil keadaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helena:The Fading Light
Historical FictionHelena, putri satu satunya Duke cather yang sangat ia sayangi. bagaimana tidak? kelahiran nya sudah seperti cahaya bagi keluarga ini. seorang lady yang sangat misterius dikarenakan keberadaannya tidak banyak diketahui orang luar. Ya, kehidupan gadis...