Bab 26 [ Helena Vs Oceana ]

11 1 6
                                    

Masih diperbatasan Erlos, perang sudah mulai berkecamuk sedangkan pasukan Kekaisaran dibawah komando Duke Cather masih dalam perjalanan.

Kini, hanya tiga orang lawan ribuan pasukan Howard. Jumlah yang sangat tidak sebanding.

Callix nampak tak kesulitan melawan setiap prajurit Howard yang terus berdatangan. Namun, Aerisha terlihat sedikit kelelahan. Tentu saja, ini perang pertamanya. Sedangkan Federic, sudah tidak terlihat lagi dimana keberadaannya.

Puncak penyerangan ini beralih ke Helena. Ia masih beradu pandang dengan Tuan Putri dihadapannya yang kini berdiri tegak, belum ada pertanda saling serang kembali.

Netra biru milik Helena menyorot tajam kedalam gelapnya zamrud manik sosok diseberang sana. Suara tebasan pedang yang mengisi diantara mereka,  serta sepoi angin yang menyisir surai indah milik kedua gadis itu, benar-benar aura yang mencekam. Bahkan, tak ada prajurit Howard yang berani menggangu sesi saling pandang itu.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Helena akhirnya mengakhiri sesi ini. Kakinya mulai melangkah mempersempit jarak dengan Sang Putri.

Nafasnya mulai memburu tak karuan, namun bahkan Putri Oceana tidak bergidik sedikitpun. Netranya bahkan tatap sinis pada Helena yang berlari kehadapannya.

BOM!

Sepersekian senti sebelum Helena bahkan menyentuh Oceana, sebuah ledakan datang padanya. Membuat bahkan para prajurit yang tengah bertarung lengah karena ledakan itu.

Aerisha pun ikut teralihkan fokusnya hingga sebuah sabetan pedang mengenai lengan kanannya, beruntung ia berhasil menghindari cedera yang lebih parah lagi. Namun, rasa takut terus menghantui Aerisha hingga ia sulit untuk kembali pada fokusnya. Callix disana masih tetap tenang terus melancarkan sihirnya pada pasukan Howard.

Asap mengepul begitu tebal diarea pertempuran antara Helena dan Oceana. Oceana disana menyunggingkan senyum sembari memiringkan wajahnya, merasa sangat puas.

Namun, kembali. Ia segera memasang posisi siap tempurnya begitu merasakan sosok dibalik asap itu masih bernyawa. Helena disana kembali dengan tatapan tajamnya, netra biru itu kini memudar. Pertanda ia akan segera menyelesaikan ini.

“Tahan banting ya?” ucap Oceana basa-basi.

Helena bahkan tidak menanggapi ucapan Putri itu. Segera ia pejamkan matanya, bibir kecilnya berbisik pelan, lantas sebuah Cahaya putih menyelimuti seluruh tubuh Helena. Setelah itu, ia menghilang dari pandangan Oceana.

“Trik murahan!” seru Oceana lantas mengarahkan kepalan tangannya kebagian kiri tubuhnya.

BUGH!

Tidak meleset. Tepat sekali mengenai perut Helena, membuat Si bungsu Cather mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya. Namun, kembali Helena menaikkan wajahnya lantas seka bekas darah di bibirnya.

Sekarang giliran Helena yang memulai. Tangannya sudah siap melancarkan pukulan telak pada wajah sangat Putri yang langsung dengan mudah dihindarinya, kembali ia jangkau dengan pukulannya, namun Sang Putri terus menghindar. Kali ini ia gunakan sikutnya berniat mengenai kepala bagian samping Putri Oceana. Lagi, Oceana dapat mengindari itu. Tak kehabisan cara, Helana kini menggunakan kakinya, ia mencoba tuk melancarkan tendangan dengan target pinggang Oceana, kali ini, Oceana menangkis tendangan Helena dengan gesit. Tangan Helena bertumpu pada kedua pundak tegak milik Oceana, kemudian memusatkan tenaganya disana lantas ia melompati tubuh indah Oceana. Tak melewatkan kesempatan, Helena segera menghadiahi tendangan di bagian kepala Oceana sebelum ia mendarat.

BUGH!

Tubuh Oceana merunduk sedikit menahan sakit. Ia limpung. Tentu saja Helena tidak melewatkan kesempatan itu, segera ia menyerang Oceana dengan kekuatan sucinya. Sadar Helena menggunakan kesempatan tersebut, Oceana pun menyambut serangan kekuatan suci milik Helena dengan kekuatan sihir gelapnya. Tabrakan dua kekuatan yang cukup berlawanan itu cukup menarik atensi mereka yang bertarung disekitarnya. Bahkan aura pertarungan mereka sampai kepada pasukan kekaisaran yang masih dalam perjalanan bersama Duke Cather.

***
Disisi lain, Duke Cather masih terus memacu kudanya secepat mungkin tuk segera membantu Putri kecilnya. Hatinya sudah sedari awal berkecamuk ketakutan, wajahnya tak sanggup lagi pertahankan emosi. Begitu juga Sang Kakak. Afertian, semenjak kepergian Helena terus menduduki Kudanya, selalu bersiap untuk menyusul adik kesayangannya. Matanya terus meneteskan air mata, benar-benar tak sanggup kirim saudarinya ke Medan berdarah.

"Putriku, tunggu ayah!"

"Elen, Kakak akan segera datang! Jangan khawatir!"

Suara-suara penuh kekhawatiran itu terus berdatangan. Dari mereka yang benar-benar menyayanginya. Harap-harap, suara mereka dapat capai sang 'Cahaya', dapat bantu kemenangan ini.

***

Kembali ke Medan Perang, dua gadis itu terus bertahan satu sama lain, memaksakan bentrokan kekuatan yang sangat besar jangkauannya. Bahkan pasukan Howard sudah mundur tak sanggup imbangi kekuatan yang menjangkau mereka.

Callix dan Aerisha pun tak bisa mendekat karena kekuatan mereka juga berlawanan dengan milik Helena. Mereka hanya memantau punggung kecil Helena yang terus bertahan untuk kemenangan.

“Kalian hanya akan menonton?” ucap ksatria yang tiba-tiba menghampiri mereka.

“Tak ada yang bisa dilakukan, bukankah kau juga tahu itu, Federic?” balas Callix tak tertarik. “Apa yang kau lakukan disini?” sambung Callix.

“Tidak ada, hanya menyaksikan akhir dari pertempuran ini.” Jawab Federic santai.

Sesaat, hening mengisi diantara mereka. Netra mereka masing-masing pandangi pertarungan sengit dihadapan mereka, kecuali Putri kecil Erlos. Ia terus memandangi sosok yang ia kenal sejak kecil selalu berada disisi Sang Kakak.

“Federic, sebenarnya, mengapa kau membunuh kakakku?” tanya Aerisha tiba-tiba. Matanya tatap ksatria gagah itu dengan penuh kekecewaan.

“Aku juga tak tahu, Putri itu terus mendesak ku untuk balas dendam kepada Putra Mahkota.” Jawab Federic penuh penyesalan.

Selesai, percakapan mereka berhenti lantas melanjutkan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Menyaksikan akhir dari penyerangan ini, menyaksikan detik-detik kepahlawanan Si bungsu Cather ini.

Callix disana tatap nanar gadis yang dicintainya sejak dulu, ternyata tidak terobati. Hatinya seolah dikoyak tak bersisa melihat bagaimana gadis itu berusaha sekeras ini hanya untuk kakaknya yang direnggut.

Helena, apa aku benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk hadir di hatimu?” gumam Callix dalam hati

***
Halo Helena's Readers!
Bagaimana perasaanmu setelah membaca chapter ini???

Semangat! Sebentar lagi akhir akan datang! Kebahagiaan akan kembali!

Semangat juga Helena!

See you!

***

Helena:The Fading LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang