"Dia tidur." Lirih Chaeyoung, memberitahu Taehyung kalau Jisoo terlelap di pangkuannya.
Pengalaman yang baru bagi Chaeyoung tentu saja. Selama ini, dia tidak pernah benar-benar dekat dengan anak kecil. Bahkan dengan keponakannya sendiri, dia cenderung tak acuh. Akan tetapi, saat kini tangannya mendekap erat tubuh kecil Jisoo agar tidak jatuh, dia merasakan sesuatu yang luar biasa meletup-letup dalam dadanya. Seolah ada gemuruh yang membuatnya tegang, sekaligus menaburkan rasa bahagia.
Mungkin seperti itulah rasanya ketika seorang wanita mendapatkan peran ganda menjadi seorang ibu. Walau Chaeyoung sendiri tidak bisa menggambarkan dengan pasti seperti apa rasanya, hanya saja dia tahu, kalau yang dirasakannya kini sangatlah mendebarkan, seperti petualangan saat ia menaiki bianglala bersama Taehyung. Sama menyenangkan dan menenangkannya.
Taehyung beringsut menghampiri Chaeyoung yang masih duduk di ayunan dengan Jisoo di pangkuannya. "Dia pasti kelelahan," timpalnya, memandangi wajah Jisoo yang tersembunyi di dada Chaeyoung.
Seharian ini mereka bertiga berkeliling Daegu. Mulai dari menjelajahi kuliner di pasar Seomun, menjajaki berbagai fasilitas di Daegu Duryu, menaiki perahu bebek di danau Suseong, berbelanja aksesoris untuk Jisoo di Banwoldang, hingga kembali ke penginapan.
Gadis kecil itu terus menempel pada Chaeyoung selama dia mengeksplorasi dunia luar bersama teman kakaknya. Tak jarang Taehyung merasa heran saat melihat Jisoo memekik senang, ataupun meminta untuk disuapi, bahkan digendong Chaeyoung.
"Hmm ..." Tangan Chaeyoung mengelus pipi Jisoo, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya. "Dia sangat cantik." Senyum menghiasi wajahnya. "Meskipun kalian bukan saudara kandung, tapi aku merasa kalian mempunyai satu persamaan."
"Persamaan?" tanya Taehyung penasaran.
"Hmm ... kalian berdua sangat menyukaiku, itulah persamaannya." Chaeyoung terkekeh dengan pemikirannya sendiri.
Sedangkan Taehyung hanya menatapnya dengan tatapan ambigu. Kedua obsidian di balik kacamata itu sedikit membulat, namun fokus pria bersurai eboni itu tidak sedikit pun beralih dari paras Chaeyoung. Bariton lembut yang beberapa detik lalu mengalun, mendadak dibungkam oleh suara degupan jantung yang berdentum di rungunya.
"Aku benar, kan, Tn. Kim?" Tawa kecil wanita brunette itu terhenti. Dia mendongak, memaku tatapan lembutnya pada pria yang berdiri di depannya. "Kau mulai menyukaiku."
Sudut bibir Taehyung mengukir sebuah seringai di wajah. Sembari menyanggah ucapan Chaeyoung, satu tangannya terjulur meraih tali ayunan, "Anda terlalu percaya diri, Nn. Park." Tubuhnya mulai membungkuk, kepala semakin rendah dengan mata mengunci manik hazel Chaeyoung.
"Itu salah satu daya tarikku," final Chaeyoung, sebelum Taehyung mengunci bibirnya.
Dalam dekapan wanita brunette itu, tubuh Jisoo terjaga dengan aman. Sementara jarak yang sengaja Taehyung pertahankan, memberikan ruang bagi tubuh Jisoo untuk bernapas, agar angin masih leluasa meniup tubuh kecilnya.
Kedua insan dewasa itu tidak tahu apakah penguncian ranum mereka akan berlangsung singkat, ataukah butuh beberapa menit untuk memuaskannya. Dan otak mereka dengan sigap memberikan perintah pada anggota tubuh lainnya, untuk tidak melakukan pergerakan tiba-tiba yang bisa membangunkan tidur gadis kecil di pangkuan Chaeyoung.
Bagi siapapun yang menyaksikan, mungkin akan berpikir kalau mereka tidak tahu malu, berciuman di saat gadis kecil berada di tengah-tengah mereka, tapi siapa peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH SECRETARY KIM
FanfictionBuntut dari kalah taruhan dengan duo sahabatnya, mengharuskan seorang Park Chaeyoung menonton K-drama yang dibencinya, apalagi kalau bukan What's Wrong With Secretary Kim. Chaeyoung yang mendadak terkena kutukan "tidak bisa berhenti memikirkannya" s...