Part 8 Pov Jeremy

2.9K 108 0
                                    

"Ini gak mungkin,mama bilang tadi anak yang bakal dijodohin sama gue berasal dari keluarga Tanaka"

Gila ini gila,gawat gak mungkin ini bisa terjadi. Kenapa mesti dia wanita yang orang tua ku pilih. Aku gak mungkin menikahi sahabat ku sendiri. Perjanjian yang kami buat sejak dulu gak mungkin dilanggar begitu aja. Yaa kesepakatan untuk tidak memyukai sahabat sendiri telah kami buat sejak SMA. Karena kami tidak ingin membuat persahabatan kami rusak karena cinta.

Dan selama ini memang tak ada diantara kami yang mempunyai perasaan satu sama lain. Maka dari itu gimana caranya supaya perjodohan ini batal. Gak mungkin kan aku menghianati mereka dengan menerima perjodohan ini begitu saja. Lagi pula aku tak mempunyai perasaan apapun terhadap Carmel dan mungkin begitu juga sebaliknya.

Aku gak tau jika reaksi dirinya saat mengetahui jika lelaki yang dijodohkan dengannya adalah aku. Dia pasti menentang keras hal itu.

"Jeremy,lima menit lagi kita berangkat" teriak ayah padaku.

"Come on Jer berpikir,ayo berpikir gimana caranya biar perjodohan ini batal. Gak mungkin lo tega menghianati persahabatan kalian" suara-suara dikepala ku muncul begitu saja memaksa ku memikirkan jalan keluarnya.

Apa lebih baik aku kabur saja. Ahh mungkin itu jalan terbaik satu-satunya yang ku punya. Mengamankan diri ku saat ini lebih penting. Jika aku menghilang otomatis perjodohan ini akan batal dengan sendirinya.

Segera kusambar beberapa pakaian untuk ku bawa lari. Samar-samar terdengar bunyi hak stilleto mama menaiki tangga. Oh Tuhan bagaimana ini,belum sempat kurapihkan baju mama sudah mengetuk pintu kamar.

"Jeremy ayo sayang kita sudah telat. Kamu ngapain sih didalam lama amat" teriak mama dari luar kamar.

"I--iiyya maa bentar lagi pake baju" ucap ku gugup.

Udah gak ada waktu buat berkemas,aku harus secepatnya pergi dari sini. Ku buka pintu kaca kamar dengan perlahan. Kulihat suasana dibawah sana nampak sepi dan aman. Beberapa kain sprei yang sudah ku ikat panjang segera ku turunkan ke bawah. Perlahan kuturuni lantai rumahku menggunakan kain tersebut. Semoga kain ini kuat menahan bobot tubuhku.

Dan Huuuppp!!!

Aku sudah berada di bawah. Masih bisa kudengar suara mama yang meneriakan namaku diatas. Oh tidak,pengawasan didepan pintu pagar ku sangat ketat bagaimana aku bisa keluar tanpa ketahuan. Gak ada cara lain aku harus manjat tebing disamping taman rumah,hanya itu satu-satunya jalan yang membawaku keluar dari sini dengan aman.

Aku segera berlari kearah belakang. Nasib baik berada di pihak ku,tak perlu susah-susah aku memanjatnya karena disana sudah ada tangga yang berdiri tegak siap membantu ku keluar dari rumah ini.

Dan tanpa butuh waktu yang lama aku sudah sampai di luar rumah. Secepat kilat aku berlari menjauhi rumah itu. Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega setelah kurasa diriku sudah cukup jauh dari kediamanku.

Lalu apa yang selanjutnya harus kulakukan. Mungkin lebih baik aku memberi tau Carmel soal ini. Dia juga berhak tau masalah ini. Segera ku rogoh saku celana ku,mencari ponsel milikku agar aku bisa mengiriminya sebuah pesan.

Dan Ohh tidak lagi. Aku lupa membawa ponsel itu bersama ku. Sepertinya ketinggalan dikamarku. Kuacak-acak rambutku frustasi,kulampiaskan amarahku dengan menendang sebotol kaleng kosong ke sembarang tempat. Aku menggeram kesal,mengumpat diriku sendiri dengan kata-kata makian. Pasalnya aku tidak hafal dengan nomer ponsel Carmel begitu juga dengan Sarah. Tapi tunggu,setidaknya aku hafal dengan nomer Rio. Ahh aku bisa meminta nomer Carmel darinya.

Lalu dimana aku bisa mendapatkan telepon sekarang. Sudah tak ada lagi zamannya wartel (warung telepon) ataupun telepon koin saat ini karena kemajuan tekhnologi yang semakin canggih tiap tahunnya sehingga tak ada lagi orang yang membuka usaha itu mengingat ponsel saat ini bisa didapatkan dengan mudah.

Pacar Ku Berondong..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang