Rasa nyeri di pundak ku membangunkan ku dari ketidak sadaran yang kualami sejak kejadian di Restoran tadi. Kegiatan mengawasi Jeremy dan Natalie malah menyusahkan diriku sendiri. Sepertinya sewaktu aku hampir jatuh pingsan,pundak ku sempat terantuk ujung meja disekitarku. Penasaran kuraba pudak ku dengan jari tanganku.
aawwwww....!!!!! Sakkiittt.. pekik ku mengaduh. Siall sepertinya pundak ku lecet.
Kudengar sebuah suara memanggil nama ku. Memaksa ku membuka mata melihat siapa dia.
"Mel lo udah sadar?" Ahh syukurlah"
Kubuka mataku secara perlahan kulihat Rio sudah berada di sampingku. Ku kira aku sedang berada dirumah sakit lagi ternyata tidak. Ini seperti sebuah kamar tidur. Melihat Rio disini membuat ku teringat dengan apa yang kulihat kemarin.
Aku memandang nya dengan tatapan tidak suka. Rasa kecewa bercampur kesal menyelimuti perasaan ku saat ini.
"Lo tega ya io" desisku lemah.
Sepertinya dia paham maksud perkataan ku. Rio mendesah pelan. Menatap ku dengan tatapan bersalah.
"Lo denger dulu penjelasan gue. Yang lo lihat kemarin di sana itu gak seperti yang lo kira Mel" ucap nya.
"Oh yaa pembelaan yang kaya gimana yang mau lo kasih ke gue" tanyaku sinis.
"Gue harap lo punya penjelasan yang tepat buat gue io" timpal ku lagi.
Kulihat Rio merubah posisi duduknya. Ia kelihatan serius sekarang.
Rio mulai menceritakan semuanya padaku. Bagaimana sampai akhirnya dia juga harus membantu Jeremy menutupi keberadaannya dari ku dan keluarganya.
"Jadi gini....."
Rio bercerita panjang lebar. Dengan seksama kuperhatikan ceritanya dengan serius. Beberapa kali kudengar Rio menghempaskan nafasnya dengan kasar. Keningku tak henti-hentinya berkerut. Jadi ini yang menyebabkan kenapa Jeremy lari dari ku dan memilih sembunyi. Kenyataan yang sulit kuterima membuat ku tak bisa berkutik apa-apa lagi. Ini sungguh diluar perkiraan ku.
"Kenapa mesti gue sih io orangnya" ucap ku pelan. Kubuat tubuhku bersender di ranjang,menangkupkan wajahku di kedua lututku sebagai penyangganya.
"Gue juga gak ngerti kalau itu,mending lo tanya langsung aja sama orangnya"
Aku menoleh padanya. Jadi Jeremy ada disini. Tapi apa yang harus kukatakan sewaktu bertemu dengannya lagi. Kenapa jadi canggung gini sih setelah apa yang ku tau sebenarnya dari Rio.
"Dia ada di taman belakang. Lo bisa temui dia kalau kondisi lo udah agak baikan" Rio terkekeh melihat reaksi wajahku yang penuh dengan artian.
"Tenang aja dia gak akan lari lagi kok Mel" ucapnya sambil mengacak-acak rambut ku. Fiiuuhhh syukurlah kalau memang begitu. Lagi pula aku sudah muak dan lelah jika harus mengejarnya kembali.
Rio meninggalkan ku sekarang. Alih-alih untuk membuatkanku bubur,tapi nyatanya yang ku yakini dia sengaja membiarkanku sendiri. Memberikan waktu padaku untuk mengumpulkan keberanian menemui Jeremy. Jujur saja setelah hampir seminggu lebih kami tak bertemu itu ngebuat aku gak tau harus berbuat apa nantinya.
Kalimat yang ku ucapkan padanya nanti pun aku tak tau. Memakai kalimat yang sok-sok asyik seolah-olah selama ini gak terjadi apa-apa.
Misalkan seperti.
Haii Jer long time no see....
Atau mungkin langsung to the point aja ke dia kaya gini.
Lo kemana aja Jer,gue cariin juga..
Atau bahkan kalau perlu kumaki-maki saja dirinya karena telah membuat semua orang khawatir selama ini. Hadduuhhh kenapa bisa jadi sesulit ini sih. Mau ngomong ke dia aja kenapa mesti direncanain dulu sih. Kaya ngomong ke orang penting aja. Udah lah bersikap biasa aja seperti dulu sewaktu masalah ini belum datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Ku Berondong..
Teen Fiction"Cinta bukanlah tentang berapa lama kamu mengenal seseorang, tapi tentang seseorang yang membuatmu tersenyum sejak kamu mengenalnya." ======CARMEL LORETTA TANAKA =====
