Pov Jeremy
Hari ini aku akan pergi untuk menemui Rio. Setelah beberapa lamanya aku bersembunyi dari mereka,mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri semuanya. Ancaman yang orang tua ku berikan nampaknya tak main-main. Mereka menunjukan semua itu dengan cara tak menerima kehadiran ku lagi dirumah sewaktu aku kepergok memanjat kamar ku hanya untuk mengambil beberapa lembar pakaian untuk ganti.
Bahkan ayah secara terang-terangan mengusir ku dari sana karena sikap ku yang menolak menerima perjodohan itu. Ditemani dengan Natalie aku pergi menemui Rio menjelaskan semua kepadanya karena yang ku tau Carmel lebih terbuka dengannya dibandingkan oleh Sarah.
Aku hanya ingin tau tanggapan dari Carmel soal perjodohan ini. Apa dia beranggapan sama seperti ku menolak hal ini dengan keras atau dia menerima keputusan yang orang tua kami buat dengan tangan terbuka.
Setelah kejadian ku diusir dari rumah sendiri,tak sengaja aku bertemu dengan Natalie di jalan. Mau tak mau akhirnya aku menceritakan masalahku padanya.Dan meminta padanya supaya gak cerita sama Rio ataupun yang lainnya soal pertemuan ku dengannya. Natalie juga memberikan ku tumpangan dirumahnya beberapa hari. Beruntung selama menginap disana,Rio tak datang kesana.
Rio hanya menatap ku tak bergeming. Tak ada keramahan dari dirinya ketika melihat ku datang. Aku tau mungkin dia kesal karena sikap ku yang menghindar dari permasalahan dan membiarkan Carmel menghadapinya sendirian. Tapi mau bagaimana lagi,saat itu aku panik dan tak tau harus bagaimana. Lari dan menyembunyikan diri adalah satu-satunya pilihan ku saat itu.
"Gue gak tau harus ngomong apa ke lo Jer karena bagi gue masalah kalian tuh rumit banget" Rio menyesap sake nya,tangannya memutar-mutar cangkir itu secara perlahan.
Kulirik Natalie sedang asyik memainkan ipad nya. Sepertinya percuma saja menceritakan masalah ini pada Rio,toh aku gak akan mendapatkan solusi darinya.
Tangan ku mengusap wajah ku dengan kasar. Menghempaskan nafas ini dengan kasar.
"Terus gue mesti gimana dong. Masa lo gak ada ide buat bikin gue keluar dari masalah ini" rajuk ku padanya."Yaa mau gimana lagi Jer,satu-satunya cara ya mungkin dengan terima perjodohan itu dengan tangan terbuka"
Aku melongo tak percaya dengan perkataannya barusan. Mulut ku menganga tak bisa kurapatkan gara-gara shock mendengar ucapannya. Yang benar saja masa dia mau aku menikah dengan Carmel sahabat kami sendiri. Dimana perjanjian yang sama-sama kita buat dulu. Kenapa segampang ini dia mengatakannya. Benar-benar gak habis pikir.
Ku lempar wajahnya dengan tisu yang ada ada diatas meja. Rio hanya terkekeh melihat reaksi ku yang menolak solusi gilanya itu.
"Hei gak perlu sensitif begitulah,lagi pula apa salahnya kalau menikah dengan Carmel. Toh dia wanita yang cerdas dan cantik" ucapnya lagi. Kulihat Natalie senyum-senyum sendiri mendengar obrolan ku dengan kekasihnya itu.
Iya sih Carmel itu wanita paling mandiri yang pernah ku temui. Dia berbeda dari wanita lain yang kebanyakan lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya menikmati kekayaan orang tua mereka. Sedangkan Carmel,dia lebih suka menikmati apa yang sudah ia hasilkan dari keringatnya sendiri walaupun orang tuanya akan sanggup memenuhi apapun semua keinginan Carmel jika ia minta pada mereka.
"I--iiyaa sih tapi kan gue sama dia gak saling cinta io. Mana mungkin kita bisa nikah tanpa ada rasa itu" ucap ku lemas.
"Lo pernah denger istilah jawa gak yang kalau gak salah kalimatnya kaya gini"
"Witing tresno jalaran soko kulino"
Tanya Rio padaku.Aku hanya menggeleng tak tau. Baru kali ini aku mendengar kalimat itu.
"Isshh lo itu tinggal dimana sih,masa kaya ginian aja gak tau" ucapnya kesal. Ya emang aku gak tau,kalau tau juga gak bakalan geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Ku Berondong..
Teen Fiction"Cinta bukanlah tentang berapa lama kamu mengenal seseorang, tapi tentang seseorang yang membuatmu tersenyum sejak kamu mengenalnya." ======CARMEL LORETTA TANAKA =====