...
Suatu malam, saat mendung menggelayuti hatiku yang suram, kupacu langkahku menuju halaman. Kutatap gugusan bintang yang memancarkan kehangatan. Dari sekian ribu cahaya, aku memanahmu dengan sorot piluku. Kau terhempas, tangan kurusku menangkap dirimu sebelum terjerembap ke tanah. Cahayamu membuatku terpaku. Kehangatan seketika menyelimuti diriku yang dingin.
Malam itu, kau bisikkan sebuah janji yang bodohnya aku percayai. Aku akan terus membawamu ke manapun aku berkelana. Akan kusimpan engkau dalam ruang hatiku yang berdebu agar kembali hidup. Bahkan dalam gelap paling hitam sekalipun, kau mampu memberiku lentera meski nyalamu kerap goyah digoda angin.
Lenteraku, entah sejak kapan perasaanku padamu mulai tak tahu diri. Harusnya sejak awal aku tak menyimpanmu untukku sendiri. Saat aku ingin mengikatmu jadi abadi, langit memintamu untuk kembali. Ke tempat di mana kamu seharusnya ada, untuk semua orang. Tak hanya untukku sendiri. Namun aku ingin egois, akan menggenggam dirimu lebih erat. Aku tak ingin ditinggalkan lagi dalam jurang gelap tanpa penerangan. Kau menangis, tak ingin pergi tapi tetap harus meninggalkanku. Akhirnya aku hanya mampu menatap tanganku dengan kosong. Rupanya sejak awal aku hanya berharap pada kebohongan.
...
--renjanalara
171123.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Lara [ Slow Update ]
Poetryberisi sajak-sajak berantakan tak beraturan serumit isi kepala yang dikerubuti kata-kata tanpa jeda. #1 [ bicara ] 5 Juli & 27 November 2023 2 Juli 2024 #6 [ bait ] #2 [ curahan hati ] #5 [ capek ] #15 [ lara ] #13 [ quote ] #6 [ renjana ] #15 [ poe...