...Aku hanyalah angka dua puluh di dalam sebuah kubus.
Alasnya dipenuhi air mata yang menjelma lautan yang tak pernah mampu aku selami.
Atapnya dipenuhi serabut putih bertabur biru yang tak pernah bisa aku gapai.
Di sekeliling kubus ini, tumbuh rerumputan liar yang diberi makan keputusasaan tanpa henti.
Sesekali langit-langit kubus ini akan berubah kelabu dan berbuah sendu yang terdengar amat pilu.
Burung-burung kecil yang berterbangan dengan sayap terluka karena terbebani oleh mimpi yang tak pasti.
Bunga-bunga yang terus saja kuncup karena tak nampak kapan bahagia akan mencumbu dan membuatnya mekar sempurna.
Aku hanyalah angka dua puluh tanpa arti.
Setiap hari berusaha mencari jalan keluar dari kubus mengerikan ini.
Saat udara terasa tak lagi mampu memberi nafas, angka dua puluh ini hanya ingin pergi.
Mantra yang selalu sama, berawalan dengan kata bahagia dan diakhiri dengan sebait kata mati.
Mantra kuno yang terus saja terucap, mampu membuat angka dua puluh bertahan sejauh ini.
Tapi ia muak, angka dua puluh ketakutan, ingin mati, tapi ia tak bisa pergi dari sini.
Angka dua puluh ingin berteriak, apakah mungkin di luar kubus ini ada dunia yang lebih luas dan penuh kebahagiaan?
Tempat di mana mimpi tak perlu ditebas pedang hingga mati selalu jadi kalimat paling akhir yang begitu mengerikan untuk dibaca kembali....
--renjanalara
25/12/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Lara [ Slow Update ]
Puisiberisi sajak-sajak berantakan tak beraturan serumit isi kepala yang dikerubuti kata-kata tanpa jeda. #1 [ bicara ] 5 Juli & 27 November 2023 2 Juli 2024 #6 [ bait ] #2 [ curahan hati ] #5 [ capek ] #15 [ lara ] #13 [ quote ] #6 [ renjana ] #15 [ poe...