CH. 1 APA ITU SAKIT? (Re-pub)

5K 51 0
                                    

(Revisi penambahan sedikit kata-kata dan koreksi ulang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Revisi penambahan sedikit kata-kata dan koreksi ulang)



Ctaakk...

Suara memilukan itu ... suara yang berasal dari pertemuan antara sebuah cambuk berbahan kulit hewan lalu dengan kulit manusia.

Berkali-kali benda lentur nan menyakitkan itu menghantam kuat bagian punggung seseorang. Suara entakkannya senada dengan suara erangan kesakitan dari lelaki muda tanpa mengenakan pakaian sehelai pun di tubuhnya.

Dia terikat pada dua bilah kayu berbentuk salib dengan kedua tangan membentang dan terikat dengan rantai.

"Apa Anda sudah puas, Nyonya?" tanyanya dengan suara yang terengal-engal.

Punggungnya sudah dipenuhi dengan goresan berwarna merah serta tetesan darah yang mengalir perlahan dari sela-sela kulitnya.

Sang Nyonya menjawab, "Sedikit lagi. Erangan teriakanmu belum mampu membuatku mencapai orgasme. Bisakah aku melakukan lebih dari ini? Aku ingin mendengar suara rintihanmu lebih merdu lagi."

Pemuda itu hanya bisa mengangguk pasrah. 

Ini memang pekerjaannya dan inilah jalan hidup yang dia pilih.

"Silahkan, Nyonya. Apa pun asal Anda puas," ucapnya lirih.

Sang Nyonya pun tersenyum puas. Dia membuka satu per satu rantai yang melilit tubuh pemuda itu. Lalu dengan kasar, dia mendorong tubuh pemuda yang memiliki wajah tampan itu ke atas kasur beralaskan seprai warna merah.

"Aarrgghh ...." Pemuda itu kembali mengerang menahan perih akibat punggungnya yang menyentuh kasur.

Tubuhnya sedikit terjengkat mana kala sang Nyonya menarik kedua tangannya ke atas sisi ranjang kemudian mengikatnya dengan rantai.

Dia melenguh dan mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit pada tubuhnya. 

Pemuda berhidung bangir itu kembali hanya bisa pasrah melihat kedua tangannya kini sudah kembali terbelenggu rantai.

"Lebarkan pahamu, Pria Jalang!" teriak Sang Nyonya dengan mata menatap buas pada satu benda yang menggantung di antara dua paha si pemuda.

Pemuda itu mengangguk patuh. Dia melebarkan kedua pahanya. Selebar-lebarnya. 

Kemudian, sang Nyonya yang sebenarnya sudah berusia tidak lagi muda, mengambil sebuah alat berbentuk seperti mic persis di atas nakas samping ranjang.

Pemuda lemah tak berdaya semakin terlihat tak berkutik kala sang Nyonya menghidupkan tombol on dan dengan senyum lebarnya dia mengarahkan benda tersebut persis ke atas penisnya.

"Aaaarrrggghhhhh...." teriaknya ketika getaran dari benda itu mengenai ujung kepala penis miliknya.

Tubuhnya terus menggelinjang tak tertahan ketika volume dari alat yang biasa disebut vibrator itu terus dinaikkan oleh sang Nyonya.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang