CH. 8 PANTAI (Re-Pub)

791 32 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Selesai menghabiskan satu piring nasi gorengnya, Damar mengambil satu bungkus rokok dari balik kantong hoodie hitam yang dia kenakan. Damar mulai membakar ujung rokok seraya menunggu Dini menyelesaikan makannya.

"Nona Muda seperti lo seharusnya jam segini udah tidur manis di atas kasur, bukannya berkeliyaran sama cowok ngga jelas," celetuk Damar sembari menghembuskan asap rokoknya ke udara.

"Lo kenapa selalu panggil gue 'Nona Muda'?" tanya Dini di sela-sela makannya.

"Terus, gue harus panggil lo apa?"

Suara dentingan sendok yang jatuh ke atas piring terdengar jelas dari arah duduk Dini. Dia melotot tajam melihat senyum Damar yang sangat menyebalkan.

"Kayanya gue udah bilang siapa nama gue, lo bisa panggil dengan nama gue itu, kan?" Dini menggerutu kesal.

"Lo ngga seberharga itu buat gue. Lagi pula nama lo bukan hal yang penting untuk gue ingat," desis Damar membuat Dini semakin dilanda kemurkaan.

"Sekarang, jelasin maksud tujuan lo ke tempat gue?" lanjut Damar saat dia melihat Dini sudah menghabiskan makanannya.

"Harus banget ya ngomong di sini?" tutur Dini sedikit tidak nyaman jika harus bicara serius di tempat ramai seperti ini.

"Terus lo mau di mana?"

"Rumah lo?" usul Dini.

"Jangan aneh-aneh, Nona Muda. Biarpun gue cowok rusak, tapi gue ngga akan pernah buat orang lain ikutan rusak," tolak Damar mematikan putung rokoknya.

"Rusak apaan sih, Damar? Kita hanya ngobrol di rumah lo, bukan mau bersetubuh," bisik Dini mengecilkan volume suaranya agar tidak terlalu jadi bahan sorotan pembeli yang lain.

"Dengan lo masuk ke rumah cowok dewasa malam-malam begini, orang-orang sekitar rumah gue pasti akan menilai lo cewek rusak dan ngga bener. Udahlah, bicara di sini atau ngga bicara sama sekali," putus Damar menghentikan perdebatan keduanya.

Sebenarnya ada getaran kecil yang timbul di hati Dini ketika Damar secara tidak langsung mengatakan kalau dia tidak ingin Dini dianggap sebagai cewek murahan. Ternyata di balik kecuekan Damar terselip sedikit perhatian yang dia tunjukkan.

"Cepetan! Atau gue pulang jalan kaki," desak Damar melihat Dini bukannya bicara justru senyum-senyum sendiri.

"Oke, gue memang bukan mahasiswi Maharaja dan tujuan gue ke sini berkaitan dengan penelitian skripsi gue. Awal gue ke sini, sama sekali bukan lo targetnya. Melainkan mahasiswi lain, tapi desas desus yang gue denger kalau di sini ternyata ada mahasiswa yang merangkap sebagai gigolo, membuat gue tertarik.

"Jujur, waktu itu gue belum tahu yang mana orangnya dan waktu siang itu gue bener-bener ngga tahu kalau ternyata lo adalah mahasiswa yang mereka maksud. Sandy melarang gue untuk deketin lo, dia menyuruh gue tetap fokus ke tujuan awal gue tapi ngga tahu kenapa beberapa hari kenal lo, gue justru tertarik sama lo."

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang