***Pukul 8 malam, Damar sudah bersiap untuk meninggalkan Dini kembali ke profesi hinanya. Menjadi anjing dan budak seks bagi mereka yang menyimpang. Dini tidak mengeluarkan banyak kata-kata, dia hanya menatap intens mata Damar seolah dia sedang menyampaikan sesuatu kepada suaminya itu.
Meskipun sebelum ini Dini pernah mengatakan kalau dia akan menerima pekerjaan Damar, tapi tetap saja Dini tidak pernah membayangkan kalau malam ini akan datang dan Dini justru merasakan gelombang rasa sakit yang sangat dahsyat.
Damar berulang kali mengusap lembut rambut istrinya sembari melemparkan senyum manis kepadanya.
"Kenapa liat aku seperti itu? Bukannya kamu bilang ngga masalah?" tanya Damar sembari membaca apa yang ada di balik pikiran istrinya.
"Aku hanya ngga bisa membayangkan, sekeji apa nanti perbuatan mereka sama kamu. Sejauh ini, apa aja yang udah mereka lakukan ke tubuh kamu, Damar."
Damar terdiam.
"Kamu ngga perlu tahu dan jangan coba-coba untuk mencari tahu." Damar langsung melarang apa yang terlintas dipikiran Dini.
Lambat laun Damar mulai mengenal jalan pikiran Dini yang kerap penasaran dan selalu mencari tahu sampai ke dasar sekalipun.
Dini membuang nafas kasar. Dia menyandarkan kepalanya pada dada Damar yang sudah mengenakan jaket kulit berwarna hitam.
"Kalau begitu kamu beritahu sedikit aja. Paling ngga aku ada gambaran seperti apa kamu saat bersama mereka."
"Nona Muda, apa stok batu di kepalamu itu ngga pernah berkurang sedikit pun?" sindir Damar dan mendapatkan pukulan ringan dari Dini.
"Bilang atau aku akan cari tahu langsung."
Ancaman Dini pun berhasil. Damar terlihat berpikir sembari mengingat apa yang paling sakit.
"Sewaktu kedua tanganku di ikat ke atas pada sebuah tiang, lalu dia terus menerus mencambukku tanpa henti. Setelah itu dia menuangkan air perlahan demi perlahan pada setiap goresan luka yang dia buat.
"Saat itu, aku ingat dia benar-benar tertawa lepas dan puas setiap kali dia mendengar suara teriakan kesakitanku." Damar menceritakan hal terburuk yang pernah dia rasakan.
Hati Dini semakin sakit. "Mereka segila itu, Damar? Apa dengan melihatmu kesakitan, mereka bisa mencapai orgasmenya?"
"Iya, Nona Muda. Nah, sekarang aku harus pergi. Kamu tidur dan jangan tunggu aku. Besok masih harus kuliah, kan?"
***
Kaki Damar sudah menapaki depan pintu kamar jahanam Red Room. Dia pun membuka pintu kamar tersebut dan melihat alat-alat yang nantinya siap menghujani tubuhnya sudah berada di tempat mereka masing-masing.
Entah kenapa malam ini Damar merasa hatinya sakit. Mengingat tatapan mata Dini saat dia pergi, membuat Damar seperti ingin berlari dari tempat ini dan kembali ke pelukan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...