CH. 18 SALING CEMBURU (Re-Pub)

533 26 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hampir satu jam lamanya Dini tidak berhenti meneteskan air mata seraya membantu Damar menghilangkan kerak lilin di atas tubuhnya. Melihat Dini sesedih itu, membuat perasaan hangat menyelubung masuk ke dalam rongga dada Damar. Dia terus menatap penuh cinta wajah istrinya yang sudah terlihat sangat sembab. Entah sudah berapa lama dia terus menangis seperti itu.

"Kamu menangis dari kapan?" tanya Damar akhirnya.

"Sejak kamu menutup pintu apartemen," jawab Dini dengan suara sumbang.

Damar tidak bisa menahan lekungan naik dari atas bibirnya. Selama kurang lebih 2,5 tahun menjalani hidup kesakitan seperti ini, setiap malam Damar hanya mengobati lukanya seorang diri. Baru saat ini, ada tangan lembut perempuan yang membantunya.

"Dini, tadi kamu menyebut nama Leonardo Georald, itu siapa?" Damar seketika teringat gumaman pelan Dini saat perempuan itu hanyut dalam amukan amarahnya.

Dini menunduk lalu menggeleng. "Aku belum bisa menceritakannya sama kamu, Mar," jawab Dini.

Damar paham kalau tidak semua rahasia tentang kehidupan Dini harus dia ketahui semuanya, akhirnya Damar pun hanya menganggutkan kepalanya.

"Ya sudah, sekarang kita tidur. Sebentar lagi jam 4, masih ada waktu beberapa jam buat memejamkan mata sebentar sebelum berangkat ke kampus," ujar Damar dan disetujui oleh Dini.

"Udah, jangan nangis lagi, Nona Muda." Damar menepuk-nepuk punggung Dini karena masih mendengar suara sesenggukan dari balik pelukannya.

***

Di kampus, Dini baru saja turun dari mobilnya tapi sudah dihadang oleh Sandy yang mencegatnya saat hendak berjalan meninggalkan parkiran mobil.

Dini mendesah kesal. 

"Apaan sih, San? Ini masih pagi loh, jangan bikin gue naik darah turun berak lo," umpat Dini yang tidak pernah dianggap serius oleh Sandy.

Sandy tertawa kecil. Dia melihat Damar baru saja datang dengan kendaraan motornya dan memarkirkan motornya. Sandy tersenyum licik, sewaktu mata Damar menangkap pemandangan yang sudah membuat hatinya panas.

"Gue kangen kali sama lo." Sandy tiba-tiba memeluk tubuh mungil Dini dan membuat kedua mata Damar seketika membola besar.

Dia segera berjalan dan ketika berada di antara mereka, Damar menghentikan langkahnya. Damar menatap sinis Dini.

"Kalau mau pacaran liat tempat, jangan di tempat umum." Damar berucap sarkas.

Sandy yang mendengar itu jelas saja merasa kesal.

"Heh, Gigolo! Apa urusan lo? Gue lagi pacaran sama pacar gue, kenapa jadi lo yang ribet," desis Sandy pelan.

"Bawa pacar lo, jangan kencan di tempat terbuka," balas Damar cuek.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang