CH. 24 MAAF ... IBU (Re-Pub)

470 29 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pandangan kosong Dini terus menjelajah luas di kamar kosong dengan segala kenangan yang telah terjalin antara dirinya dengan pria yang saat ini sudah berstatus sebagai mantan suami. Sangat sulit rasanya jika harus menyebut nama itu mantan suaminya, karena bukan status itu yang dia inginkan.

Kenapa Damar begitu egois? Kenapa Damar tidak memikirkan sedikit perasaannya? Kenapa Damar tidak bertanya terlebih dulu apakah dia mau untuk menunggunya sampai keluar penjara atau tidak? Kenapa tidak ada satu pun pertanyaan yang terlontar dari mulut pria yang sudah membuatnya jatuh mencintai terlalu dalam.

Bayangan di mata Dini terus bermain indah adegan per adegan yang terjadi di atas kasur kecil itu. Dini tidak bisa lagi menyembunyikan bulir air mata yang kini merangsak keluar dari persembunyiannya.

"Damar ... setega itu kamu menceraikan aku tanpa memberi aku kesempatan untuk mengatakan kalau aku sedang hamil?" lirih Dini mulai menapaki kakinya satu demi satu berjalan mendekati kasur berseprei putih itu.

Masih bergelung dengan bayangan perihnya, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di atas perut Dini yang mulai terlihat membuncit.

Dini mengukir senyum manis lalu menoleh ke belakang.

"Masih mau di sini sampai berapa lama? Dedenya butuh istirahat, Dini," ujar pria yang kini tangannya mengusap perut Dini.

"Sebentar lagi, San. Lo sudah selesai mengurus jual beli rumah ini?"

Pria yang ternyata adalah Sandy mengurai perlahan pelukannya lalu memutar balik tubuh Dini. Dia menelisik mata Dini dengan tatapan penuh arti. Sandy memegang pundak Dini.

"Lo yakin ingin membeli rumah ini?" tanya Sandy meyakinkan kembali dengan keputusan Dini.

Dini mengangguk cepat dan tanpa keraguan.

"Tapi untuk apa, Din? Kita sudah bertanggung jawab mengurus semua biaya rumah sakit ibunya, lalu untuk apa lagi kita harus memikirkan tempat tinggalnya nanti setelah dia bebas?

"Lagi pula masa hukumannya itu tidak sebentar, Din. Jonathan dinyatakan meninggal dan itu membuat hukuman dia menjadi berat. Kalau ibunya sadar, kita bisa ajak beliau tinggal bersama di rumah kita, kan?" Mata Sandy sudah dipenuhi dengan kilatan saat berbicara dengan Dini.

Dini menanggapinya dengan santai dan tanpa ekspresi.

"Dia tetap Ayah dari anak ini, San. Gue ngga mungkin membiarkan dia dan ibunya luntang lantung tanpa tempat tinggal," jawab Dini berekspresi dingin.

"Kenapa lo ngga pernah mengizinkan gue untuk menjadi ayahnya, Din? Dia bahkan sudah menceraikan lo tanpa tahu kalau lo sedang mengandung," ucap Sandy dan mendapatkan satu hadiah tamparan.

"Lancang lo bicara seperti itu, Sandy? Biarpun status kita menikah tapi itu hanya untuk menutupi kehamilan gue. Bagaimanapun juga Ayah dari anak ini tetaplah Damar dan sampai kapan pun yang berhak menerima panggilan Ayah itu hanya Damar," hardik Dini meluapkan kemarahannya mendengar ucapan Sandy.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang