***
Mendekati pukul 11 malam, Damar pun berinisiatif untuk mengajak Dini pulang karena pintu masuk Ancol akan di tutup jam 11 malam nanti. Dini masih berada di dalam hoodienya yang artinya hampir 1 jam Dini berada dalam dekapan Damar.
"Kita pulang." Damar melepaskan kaitan hoodie yang menempel di depat perut Dini.
Dini menoleh ke atas, matanya memang sudah terlihat merah. "Gue anter lo dulu ke rumah," ujar Dini dengan suara sedikit serak, akibat angin laut yang membuatnya mulai merasakan radang di tenggorokannya.
Damar menunduk memperhatikan wajah Dini yang tampak sayu.
"Gue anter lo ke rumah, habis itu gue bisa pulang naik angkutan umum."
Dini menggeleng membantah perkataan Damar.
"Ngga bisa gitu. Gue yang nyamperin lo jadi gue yang harus nganterin lo."
Damar memainkan lidahnya di dalam mulut. Perempuan kecil di depannya ini ternyata benar-benar menyimpan batu yang sangat banyak.
"Ya udah, terserah lo." Damar mengalah dan mengikuti keinginan Dini.
Perempuan memang selalu menang bukan?
***
Saat di atas motor, Damar menyuruh Dini untuk memasukkan kedua tangannya ke dalam hoodie.
"Jangan lo keluarin sebelum sampai ke rumah gue." Damar menarik tangan Dini dan memasukkannya ke dalam hoodie.
Kembali, Dini merasakan percikan-percikan kembang api di dalam hatinya. Sikap Damar yang terkesan tidak peduli justru membuat Dini semakin penasaran dengan laki-laki berahang tegas itu.
Setibanya di depan kontrakan Damar, Dini segera berpindah mengambil alih kemudi motor yang tadi dibawa oleh Damar. Baru saja Dini mau menyalakan mesin, Damar secara mendadak menahannya.
"Sebentar." Damar segera masuk ke dalam dan membiarkan Dini menunggu beberapa saat.
Tidak lama kemudian, Damar keluar dengan membawa kunci motor dan satu buah hoodie berwarna putih. Dia melemparkan hoodie tersebut kepada Dini dan selanjutnya Damar mengeluarkan motor sportnya.
Dini melongo melihat sikap aneh Damar.
"Ayo." Suara Damar memecahkan konsentrasi Dini.
"Lo mau apa?" tanya Dini masih memegang hoodie yang tadi diberikan Damar.
"Jaketnya lo pake sekarang, dan gue ikutin lo sampai rumah dari belakang."
Dini semakin terpaku di atas motor. Dia masih menetralkan gelombang dasyat yang kini benar-benar menerjang seluruh otak dan jantungnya.
Ini maksudnya Damar khawatir sama gue?
Damar berdecak kesal melihat Dini masih diam seperti orang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...