***
"Brengsek."Tubuh Damar terjatuh. Dia memfokuskan pandangannya ke dalam mata laki-laki yang terlihat benar-benar berapi. Dada dari laki-laki itu bahkan sudah naik turun dengan sangat cepat. Wajahnya juga sudah memerah.
Dia adalah Sandy, pria yang mengaku sebagai kekasih dari Dini.
"Heh, Gigolo! Lo kalau mau jadi gigolo, ya udah gigolo aja. Ngga usah jadi perebut pacar orang juga. Belum puas lo dapet duit dari tante-tante kesepian itu?" maki Sandy tanpa rasa iba sudah menelanjangi Damar di hadapan Dini.
Dini yang kaget sekaligus marah, lantas berdiri dan mendekati Damar.
"Sandy, lo apa-apaan sih? Siapa juga yang jadi pacar lo, gue ngga pernah merasa jadi pacar lo," sanggah Dini seraya membantu Damar untuk berdiri.
"Gue ngga peduli, Dini. Pokoknya lo jangan deket-deket sama cowok sampah itu. Ketularan bau sampah nanti lo," cibir Sandy semakin menjadi.
Damar berjalan sedikit mendekati posisi Sandy berdiri. Sudut bibirnya terlihat memar.
"Pertama, gue ngga pernah merebut pacar lo.
"Kedua, kalau pun gue sampah. Gue ngga pernah mengotori wilayah lo, jadi mulut lo dijaga. Gue bisa aja membuat puluhan memar di wajah lo karena kekuatan lo ngga sebanding sama kemampuan gue."
Senyum seringai kini terbit dari bibir lebam Damar. Seolah dia puas sudah memberikan peringatan kepada pria bermulut besar dan bermodal suara teriakan lantang penuh dengan cacian. Namun, jika ditantang satu lawan satu, sudah pasti dia akan mundur.
Damar menoleh ke belakang, melihat Dini yang mengamati dirinya dengan tatapan khawatir.
"Lo ngga usah khawatir gitu. Gue udah biasa seperti ini. Terima kasih mau bicara sama gue. Besok-besok lo ngga usah ajak gue ngobrol, gue ngga mau lo jadi bahan gunjingan di sini." Damar memberikan peringatan kepada Dini sebelum dia melenggang meninggalkan taman.
Damar pergi melewati begitu saja Sandy yang masih menahan amarahnya dan Dini yang terus menggerakkan bola matanya memperhatikan punggung Damar.
***
Malam telah tiba. Waktunya seorang Damar menjelma menjadi seekor anjing yang harus melayani majikannya.
Setelah memarkirkan motor, Damar dengan mengenakan jaket kulit hitam berjalan memasuki sebuah club malam besar.
Bukan club sembarang club. Club ini berisi manusia-manusia gila dan memiliki seksualitas yang sangat menyimpang.
Dominan, submission, masokis, mereka yang memiiki penyimpangan itu berkumpul di club ini.
Mereka bahkan berani membayar lebih tinggi untuk orang-orang yang mau dijadikan sebagai objek atau bahan fantasi liar mereka.
Seperti Damar, setelah dia masuk ke dalam club tersebut dan terjun ke dalamnya, Damar layaknya seekor anjing yang harus manut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...