***
Satu malam sudah Damar menghirup udara kebebasan. Pertama kalinya dia bisa kembali merasakan empuknya kasur tanpa beralaskan papan.Meskipun malam tadi tidur Damar tidak terlalu pulas karena bayangan Dini kembali datang menggerayangi pikirannya.
Pagi ini, Damar menangkap pemandangan yang kerap dia rindukan. Susunan lauk pauk yang tersaji di atas piring dengan aroma khas yang menggugah selera lapar Damar.
"Bu," sapa Damar ketika melihat ibunya sedang merapihkan meja tempat mereka makan.
"Ilham, sini, Sayang. Kita sarapan dulu, yuk. Tadi malam kamu hanya makan sedikit, jadi sekarang kamu harus makan banyak," ancam sang Ibu yang mendapatkan tawa kecil dari Damar.
Mereka pun duduk di kursi masing-masing. Sulastri menyendokkan nasi dan beberapa lauk di atas piring untuk Damar. Damar hanya memperhatikan semua itu dengan mata yang berbinar. Ini kali kedua dia merasakan kembali sentuhan tangan ibunya dalam mengambilkan nasi untuknya makan.
"Terima kasih, Bu," tutur lembur Damar.
"Makan yang banyak, Ilham."
Damar memanggut patuh. Dia pun mulai memasukkan satu per satu nasi berisi lauk ke dalam mulutnya. Hampir saja dia menangis karena merindukan moment pagi seperti ini.
Tidak membutuhkan waktu lama, nasi di atas piring Damar sudah habis tak bersisa. Sulastri yang melihat itu pun menyunggingkan senyum bahagia.
"Nah, seperti itu dong. Makan yang banyak. Pasti selama di penjara, lauknya ngga seperti ini, kan?" tanya Sulastri yang dibenarkan oleh Damar.
"Hanya kuah sop kepala dan lauk tanpa rasa, Bu," canda Damar sembari tertawa terkikih.
Mengingat hari-hari itu sungguh menjadi kenangan tersendiri untuknya. Di mana kuah sop atau pun kuah sayur yang di sajikan, bisa terlihat bayangan kepala kita sendiri di dalam airnya.
Sulastri yang mendengar hal itu tidak dapat menyembunyikan rasa sedih sekaligus lucu. Membayangkan sekosong apa kuah sayur itu hingga bayangan kepala sendiri sampai terlihat.
"Ilham, setelah ini kamu ada rencana apa?" Sulastri bertanya setelah keduanya menyelesaikan sarapan.
Damar tampak berpikir sesaat. Dia sendiri pun juga bingung. Mau melamar kerja, apa mungkin ada yang menerima mantan narapidana sepertinya. Bukan hanya narapidana tapi juga mantan gigolo.
"Ilham bingung, Bu. Ilham ingin mencari kerja tapi Ilham ngga yakin ada yang mau menerima masa lalu Ilham." Damar tertunduk lesu.
"Kamu ngga melanjutkan kuliah kamu saja? Kata Dini, kuliah kamu mau skripsi."
Damar menggeleng.
"Ilham pasti sudah dikeluarkan, Bu. Terlebih Ilham sudah masuk penjara. Kalau Ibu, selama Ilham ngga ada, pemasukan Ibu dari mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...