CH. 2 ANDINI PUTRI (Re-Pub)

1.6K 47 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Universitas Maharaja

Langkah kakinya mengayun dengan sangat tegap. Sorot pandangnya tidak pernah tertunduk sedetik pun. Wajahnya yang memancarkan aura tajam seolah tak acuh terhadap lirikan sinis dari para mahasiswa dan mahasiswi yang tidak berhenti mencibirnya.

Dia terus berjalan di tengah  koridor kampus yang sudah beberapa tahun ini menjadi tempatnya menimba ilmu. 

Dia-lah Damar Ilham, mahasiswa jurusan teknik semester 5. Dia sudah berkuliah sekitar hampir 2,5 tahun. Predikatnya sebagai gigolo pun sudah bukan hal rahasia lagi. 

Semua itu berkat seseorang yang sangat Damar kenal. Dia yang menyebarkan berita itu. Karena ulahnya akhirnya sampai detik ini Damar dijuluki sebagai SITA alias Simpanan Tante-tante oleh seluruh mahasiswa di Universitas Maharaja ini.

Mendengar hinaan dan cemooh yang selalu dilemparkan kepadanya membuat telinga Damar menjadi kebal dan terbiasa. Awalnya pasti dia merasa tidak nyaman, tapi pada akhirnya semua ketidak nyamanan itu berubah menjadi kenyamanan.

Damar pada akhirnya terbiasa. Bahkan tidak jarang dia pun memanggil dirinya sendiri sebagai anjing kotor. Damar sudah tidak peduli. Mereka yang menghinanya tidak akan pernah bisa menolongnya, jadi untuk apa dia harus memikirkan setiap hinaan yang seperti tai dilempar ke wajahnya.

Damar hanya ingin menyelesaikan kuliahnya dengan tenang. Setelah itu, entah apa yang akan dia lakukan. 

***

Menjelang siang dan selesai menyelesaikan beberapa mata kuliah, Damar menyampirkan kakinya menuju kantin. Matanya tertuju pada satu pedagang bakso yang biasa dia panggil dengan Mang Cecep. 

Mungkin dari satu kampus ini, hanya Mang Cecep satu-satunya penghuni kampus yang masih menganggapnya sebagai manusia dan mau bersikap ramah kepadanya. 

Mungkin hanya Mang Cecep yang tidak melemparkan tai dan kotoran ke depan wajahnya.

Nyatanya, Mang Cecep yang jauh dari kata berpendidikan mampu memanusiakan seorang Damar tanpa memperdulikan seperti apa sisi kotor Damar.

Damar berjalan menghampiri gerobak bakso Mang Cecep dengan senyum manis terukir dari wajahnya.

"Mang, biasa satu ya," pinta Damar dengan sopan.

Mang Cecep yang sudah hapal betul dengan pesanan dari pelanggan setianya, memanggutkan kepala cepat.

"Siap, Mas Damar. Mamang udah apal di luar kepala," balas Mang Damar langsung mengambil mangkok dan meracik pesanan untuk Damar.

Setelah selesai, Damar membawa sendiri mangkok baksonya dan menempati kursi paling ujung.

Tempat ternyaman yang sangat dia sukai. Terpojok dan terbelakang. Sama seperti dirinya, sebut Damar memberikan nama untuk spot duduknya selama di kantin.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang