***
Damar baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhirnya. Langkah Damar berlanjut menuju ruang dosen. Tujuannya ingin menyerahkan pengajuan judul untuk skripsinya nanti.
Damar mengetuk pintu ruangan dosen dengan acrylic yang menempel di depannya bertuliskan "AHMAD RIFAI, M.T"
"Masuk," ujar pemilik ruangan dari arah dalam.
Perlahan Damar mendorong pintu tersebut dan menyapa sopan sang Dosen Pembimbing Akademik (DPA).
"Siang, Pak."
"Langsung saja, Damar. Saya tidak punya waktu banyak," balas sang dosen dengan wajah datar.
Damar segera menyerahkan satu map berisi lembaran kertas yang di dalamnya terdiri beberapa judul skripsi yang dia ajukan dan berharap dari ketiga judul yang dia masukkan, ada satu judul yang terpilih oleh dosen Ahmad Rifai itu.
Ahmad Rifai meneliti satu per satu judul yang Damar ajukan dan setelahnya dia memberikan satu tanda ceklis di bagian nomor ke dua pilihan judul.
"Setelah ini kamu langsung menemui Prodi dan setelah dapat Dosen Pembimbing, segera kamu buat proposalnya."
Ahmad Rifai memberikan nasihat untuk anak didiknya yang termasuk ke dalam mahasiswa cerdas. Damar mengangguk paham lalu mengambil kembali map yang sudah di tanda tangani oleh Ahmad Rifai.
"Ah, ya, Damar, tunggu sebentar." Ahmad Rifai mengehentikan pergerakan Damar yang baru saja ingin mengangkat bokongnya.
"Iya, Pak, kenapa?"
Ahmad RIfai terlihat berpikir sebelum dia mengurai kalimat yang pas untuk dia tanyakan kepada Damar agar tidak menyinggung perasaannya.
"Ada apa, Pak?" ulang Damar.
"Begini, Damar. Saya sudah banyak mendengar berita negatif tentang kamu dan tidak dapat dipungkiri kalau berita itu sudah sampai ke telinga Kepala Yayasan. Saya ingin bertanya sama kamu, Damar. Apa benar kamu melakukan pekerjaan seperti itu?"
Wajah Damar berubah tegang. Jangan sampai kasus ini menghentikan kuliah yang sudah hampir dia selesaikan.
"Benar atau tidaknya, saya rasa tidak ada kaitannya dengan pihak kampus, Pak," kilah Damar.
"Tentu ada, Damar. Kamu adalah mahasiswa dari Maharaja dan kalau sampai berita ini beredar luas, nama kampus juga yang akan tercoreng," sanggah Ahmad Rifai.
Damar tidak menjawab kembali. Dia hanya diam dan menatap tak berkedip ke arah mata Ahmad Rifai. Lalu setelahnya dia tersenyum miring.
"Silahkan pihak kampus cari bukti-bukti tentang saya tapi saya pastikan, sebelum semua bukti itu Anda dapatkan, saya sudah merampungkan kuliah di sini."
Sontak saja ucapan Damar barusan sukses membuat kedua mata Ahmad Rifai membola besar bahkan membuat mulutnya menganga.
"Permisi, Pak." Damar bangun dari kursi dan meninggalkan ruangan Ahmad Rifai dengan senyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...