CH. 22 MENYAKITI UNTUK MENCINTAI (Re-Pub)

557 24 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sepasang suami istri itu, Damar dan Dini terlihat sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Tubuh mereka memang berdekatan tapi pikiran mereka terpisah jauh.

Damar memeluk punggung Dini seerat mungkin. Seolah dia tidak ingin melepaskannya. Sepulangnya dari pertemuan dengan seseorang, senyum yang terbit dari wajah Damar seolah selalu dipaksakan.

Dini yang berada di depan tubuh Damar pun sebisa mungkin menekan dadanya yang membuncah. Sejak Damar pulang, Dini kerap menghindari kontak mata dengan Damar. Dini lebih sering menunduk atau mengalihkan tatapannya ke arah yang berbeda. Dia tidak ingin Damar mengetahui apa yang ada di pikirannya.

"Dini," panggil Damar dengan intonasi kelewat lembut.

"Hmm," balas Dini.

"Terima kasih, aku mencintaimu," ucap Damar singkat tapi mengandung makna yang sangat berarti.

***

Keesokan sorenya setelah Damar dan Dini menyelesaikan perkuliahan mereka, keduanya sepakat untuk langsung pulang ke apartemen dan makan di rumah.

Siang ini Dini berkata pada Damar untuk jangan masak karena dia ingin membelinya di luar.

"Din, nanti malam aku harus bekerja lagi. Kamu jangan tunggu aku ya." Damar memberi tahu istrinya ketika mereka sudah menuntaskan acara makan mereka.

Saat ini mereka tengah duduk santai di atas sofa dengan Dini yang bersandar di dada Damar.

"Ehmm ... aku juga izin sebentar, Mar. Aku mau keluar bertemu teman kuliah."

Kepala Damar memanggut. "Iya, Sayang. Hati-hati di sana."

"Harusnya aku yang bilang begitu. Kamu yang hati-hati."

Keduanya saling melempar senyum penuh arti.

***

Mengenakan pakaian super mini berwarna merah menyala, dengan rambut panjang yang dia biarkan tergerai dan diberikan pemanis curly di bagian bawahnya. Membuat penampilan Dini malam ini sangat mempesona dan menggairahkan.

Mobil yang dikendarainya sudah berhenti tepat di depan gedung sebuah club yang selama ini menjadi neraka untuk suaminya.

Mata Dini menyorot sinis pada bangunan tinggi itu. Benar kata Damar, semua hanya kedok. Nyatanya jika pagi, gedung ini terlihat layaknya sebuah restoran biasa dengan penampilan mewah.

Dini berdecak sebal seraya mengibaskan rambutnya.

"Tua Bangka, bisa-bisanya di depan masyarakat bersikap bijak tapi kenyataannya memiliki bisnis gelap di mana-mana," umpat Dini yang ditunjukan pada kakeknya.

Dini mengabaikan pandangan-pandangan nafsu dari lelaki bejat yang sudah meneteskan air liurnya saat melihat kehadiran Dini.

Salah seorang penjaga mendekati Dini dan bertanya, "Cari siapa, Nona?"

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang