CH. 27 PANGGIL AYAH (Re-Pub)

452 23 4
                                    

Damar semakin memperdalam lumatannya dan semakin mendorong lidahnya ke dalam rongga mulut Dini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damar semakin memperdalam lumatannya dan semakin mendorong lidahnya ke dalam rongga mulut Dini. Seolah Damar sedang menghentikan asupan oksigen yang hendak masuk lewat mulut Dini dengan lidahnya.

Tubuh mungil Dini dihempaskan membentur dinding bercat putih. Damar menutup mata dan tidak memperdulikan ringisan sakit dari wajah Dini akibat punggungnya yang terkena dinding.

Hasrat Damar semakin terangsang naik. Dia bahkan sudah menurunkan cumbuannya ke leher Dini. Tangan kuatnya memiringkan kepala Dini dan menghisap kuat leher jenjang Dini seperti sedang menghisap batang rokok. Bukan hanya menghisap, Damar juga memberikan sentuhan lidah yang bergerak bebas membasahi sisi leher Dini.

"Aaaahh ...." Suara Desahan Dini mulai terdengar ketika dia merasakan hawa panas dari tengkuk lehernya akibat jamahan tangan Damar yang terus menjajah tubuhnya.

Mendengar suara mendesah Dini seolah menyadarkan Damar dari kebelingsatannya menyentuh tubuh Dini. Damar segera membuka matanya dan melepaskan pagutan bibir yang ada di leher Dini. Kedua mata mereka bertemu. Damar salah, dia merasa bersalah. Tidak seharusnya dia melakukan hal tersebut. Dini bukan lagi istrinya. Dini istri orang lain.

Damar segera memalingkan tubuhnya membelakangi Dini.

"Kenapa, Mar?" tanya Dini dengan nafas yang sudah terlanjur memburu dan nafsu yang tak terbendung.

Dini mendekati Damar dan merangkul pinggangnya seraya mengecup kecil punggung besar itu.

"Maaf, Din. Ini salah. Kamu istri orang sekarang, aku ngga boleh melakukan itu." Damar segera melepaskan kedua tangan Dini dari atas pinggangnya.

Dini menatap nanar punggung Damar yang sudah melangkah satu kaki.

"Itu terlalu kejam, Mar," lirih Dini pelan.

Dini masih berusaha menyentuh lengan Damar dan sekali lagi penolakan kasar yang dia dapatkan.

"Jauh lebih kejam dari yang aku rasakan selama ini, Din." Damar berjalan kembali duduk dan diikuti oleh Dini setelahnya.

Dini mencoba mengatur nafas yang sudah di ujung libidonya. Bukankah seharusnya Damar bertanggung jawab akan hal ini? Dini terus menarik dan membuang nafasnya secara perlahan. Hingga dirasa sudah cukup tenang, barulah Dini mengajukan satu pertanyaan kepada Damar. 

"Kamu pernah merindukanku, Mar," tanya Dini justru membuat Damar tertawa miris.

"Apa pertanyaan itu masih pantas aku jawab dengan gamblang, Din?" Damar memfokuskan pandangannya pada mata bulat Dini.

"Di sini selalu terasa sakit, Din. Bahkan untuk sekedar bernafas saja sulit. Bayangan kamu tengah bercumbu mesra dengan suami barumu terus berputar di roda film mataku, Din. Selama 5 tahun aku tersiksa menahan sakit. Bahkan kabar tentang ibuku saja tidak ada satu pun yang memberitahuku. Aku tersiksa sendirian, Dini." 

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang