***
Damar segera turun dari atas tubuh Dini. Dia memilih duduk di sisi ujung sofa. Dini bangun dari posisi tidurnya. Damar masih tidak habis pikir dengan permintaan dari Andini Putri itu. Apakah perempuan itu sedang mabuk?
"Nikahi aku, Damar," ulang Dini.
"Sebenarnya apa tujuan lo ngedeketin gue, Nona Muda? Jangan karena lo anak seorang pejabat pemerintah, lalu bisa seenaknya mempermainkan perasaan pria Jalang kaya gue!" hardik Damar penuh emosi.
Dini mengangkat bokongnya lalu berpindah ke dekat Damar.
"Aku serius, Damar. Aku tulus mau membantu kamu keluar dari sana. Aku juga tulus mau menjadi istri kamu. Kita bisa menikah di bawah tangan. Kita bisa menikah siri tanpa dicatat di negara. Nanti setelah semuanya beres dan kamu sudah bisa terlepas dari mereka, kita bisa menikah ulang."
Damar menoleh menelisik wajah Dini. Dari ekspresinya, Dini benar-benar yakin dengan ucapannya.
"Nona Muda, ada satu hal yang lo harus tahu. Gue ngga akan hidup lama. Setelah ibu gue sadar, gue akan langsung keluar dari sana dan cara keluar dari sana hanya dua. Mati di tangan mereka atau mati di tangan sendiri. Hanya dua pilihan itu yang mereka tawarkan.
"Apa lo sudi jadi janda dari pria Jablay seperti gue?"
Kedua bahu Dini jatuh luruh. Wajahnya berubah pias.
"Apa harus mati dulu untuk bisa lepas, Damar?"
Damar mengangguk membenarkan. "Semua sudah ada di dalam kontrak perjanjian."
"Satu lagi yang harus lo pikirkan, kalau pun kita menikah, gue tetap dengan pekerjaan gue seperti ini. Apa lo bisa hidup dengan posisi gue seperti itu?"
Dini memeluk tubuh Damar. Dia menenggelamkan wajahnya penuh ke dalam dada Damar. Tanpa sadar, dari kedua pelupuk mata Dini mengalir liquid-liquid bening yang terjun dengan bebasnya.
Perasaan apa yang kini menggelayut di dalam diri Dini. Kenapa dia menjadi seresah ini. Kenapa dia menjadi segamang ini saat berhadapan dengan Damar dan kenapa dia harus merasa sesakit ini.
"Aku tahu, Din, kamu hanya ingin menjadikan aku objek. Kalau memang itu mau kamu, aku akan bersedia. Dari pada aku harus menikahi kamu dan menjadikan kamu janda dari pria Jablay sepertiku."
Tanpa keduanya sadari, baik Damar dan Dini sudah merubah panggilan mereka yang semula lo-gue menjadi aku-kamu.
Dini mengurai pelukannya.
"Kita menikah saja, Damar. Aku akan membantumu untuk keluar dari mereka dan selama itu belum terjadi, aku akan coba menerima pekerjaanmu.
"Nikahi aku, Damar," desak Dini berapi-api.
"Nona Muda, aku masih ngga paham dengan tujuan kamu sebenarnya. Kalau hanya untuk menjadikanku objek, ngga harus memintaku untuk menikahi kamu," ujar Damar kali ini dengan intonasi lebih tenang dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)
RomanceWARNING ONLY 21+ 🔞🚫 DI BAWAH 21 TOLONG DI SKIP Bukan tanpa alasan dia menjatuhkan dirinya ke dalam rengkuhan para mawar-mawar berduri itu. Mawar-mawar gila yang senang mendengar erangan kesakitan dari dirinya. Hidupnya sudah terlalu jatuh dan hin...