CH. 19 MABUK 🔞 (Re-Pub)

1.4K 33 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Damar belum juga kembali ke apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Damar belum juga kembali ke apartemen. Sejak tadi Dini sudah gelisah menunggu. Dini khawatir kalau malam ini Damar akan bekerja kembali tanpa memberitahunya terlebih dulu.

Dini membayangkan bagaimana bisa Damar harus kembali bekerja dengan kondisi tubuh yang belum pulih benar. Dini sudah berkali-kali menghubungi Damar, tapi tidak ada satu pun panggilan darinya yang dijawab oleh Damar.

Dini frustasi, akhirnya dia pun membuka tab-nya dan mulai melacak keberadaan Damar.

Dini tertegun sesaat ketika dia melihat posisi Damar ada di kontrakan lamanya.

"Untuk apa Damar di sana?" gumam Dini bermonolog.

Tanpa banyak berpikir, Dini segera meluncurkan mobilnya menuju kontrakan Damar.

***

Setibanya di depan kontrakan Damar, Dini merasa sungkan untuk langsung masuk ke dalam. Bukan karena dia tidak sudi menginjakan kaki di rumah kontrakan kecil, tapi dia merasa lancang jika masuk tanpa permisi.

"Eh, tapi, kan ini kontrakannya Damar. Damar itu suami gue, menurut hukum alam yang berlaku, apa pun milik suami maka milik istri juga. Berarti kontrakan ini juga punya gue." Dini terus bermonolog pada dirinya sendiri sekaligus menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang bersemayam di otaknya.

Dini membayangkan kalau saat ini suaminya sedang bercinta dengan perempuan lain. Itu sebabnya Damar tidak kunjung mengangkat panggilan teleponnya.

"Awas aja ya Damar. Kalau sampai gue liat penis lo lagi masuk ke vagina perempuan lain tanpa izin dari gue, gue bakar lo berdua hidup-hidup."

Dini terus melangkah masuk ke dalam. Dia pikir pintu rumah terkunci, tapi ternyata tidak.

"Teledor banget sampai ngga dikunci. Eh tapi bagus juga sih, kalau dikunci gimana gue bisa masuk. Hehehehe ... pantas aja Kakek bilang otak gue di dengkul."

Dini terus saja meracau menyembunyikan perasaan gelisahnya.

Ini pertama kalinya Dini masuk ke dalam kontrakan Damar yang memiliki khas kontrakan pria, cenderung berantakan dan jauh dari rapih.

Sosok Damar tidak terlihat di luar, Dini melanjutkan kembali gerak kakinya menuju pintu kamar. Satu-satunya kamar yang ada di sana.

Dini mendorong pelan pintu tersebut. Kepalanya dia masukkan sebagian untuk mengintip apakah ada kegiatan panas di dalamnya.

"Eh kok remang, ehmm ... bau alkohol." Dini mengendus hidungnya mencium aroma alkohol yang sangat menyengat.

"Damar!" pekik Dini lantang saat melihat suaminya tengah bersandar di bawah kasur.

Wajah pria itu tertunduk dengan satu tangan dia topang ke atas lutut yang dilipat ke atas.

Dini berlari kecil menghampiri Damar. Kaleng-kaleng alkohol berceceran di mana-mana. Entah sudah berapa banyak cairan memabukkan itu masuk ke dalam perut Damar.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang