CH. 16 LEONARDO GEOLARD (Re-Pub)

578 34 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Damar pergi meninggalkan kantin dan kembali menuju ruang prodi.

Setelah menyelesaikan urusannya di ruang prodi dan Damar sudah mendapatkan nama untuk dosen pembimbingnya nanti, Damar memutuskan untuk pulang.

Namun, saat sudah tiba di parkiran, Damar melihat Dini berjalan terburu-buru menuju mobilnya. Terlalu terburu-buru, hingga dia tidak mengetahui ada Damar di sana.

Dini masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Dia berkendara menuju sebuah perumahan yang cukup megah dan terlampau mewah. Dini memarkirkan mobilnya di dalam garasi, kemudian dia melangkah cepat memasuki rumah.

"Dini, kamu pulang, Nak?" Sapa seorang wanita dewasa dengan wajah teduh.

Dini membuang muka kesal lalu bertanya, "Kakek di mana?"

Wanita dewasa tadi tetap mempertahankan senyumnya meskipun Dini membalas dengan raut kebencian.

"Kakek ada di ruang kerjanya, Din." Tunjuk wanita tadi.

Tanpa permisi dan ucapan terima kasih, Dini langsung berjalan melewati wanita itu menuju ruang kerja Kakek yang dia cari.

***

Dini dengan lancang tanpa mengetuk pintu langsung membuka pintu ruang kerja kakeknya.

"Kakek," panggil Dini dengan suara tinggi.

Di depan meja kerja pria baya itu terdapat satu buah papan nama bertuliskan "SONY SAMUDERA"

Pria yang dipanggil Kakek oleh Dini membuang nafas berat lalu mencopot kaca mata baca yang terkait di hidungnya.

"Ada apa, Dini?"

"Sejak kapan Kakek punya bisnis gelap dan gila?" tuding Dini langsung tanpa banyak komentar.

Pria bernama Sony itu mengernyitkan keningnya dan semakin memperlihatkan keriput halus di sana.

"Bisnis apa yang kamu bicarakan, Din? Jangan sembarangan kamu kalau bicara. Kamu bisa mencemarkan nama baik Kakek kalau sampai terdengar para pencari warta," kilahnya membuat Dini tersenyum sinis.

"Leonardo Geolard, jangan berpura-pura amnesia dengan nama sendiri, Kek," tandas Dini seolah menghentikan kebohongan dari kakeknya.

Bukannya marah mendengar nama tersebut disebut, Sony justru bangun dari duduknya dengan mengumandangkan gelak tawa lebar. Dia berjalan mendekati cucunya lalu memeluk tubuh mungil itu.

"Jadi, karena laki-laki itu kamu menggelontorkan uang pribadimu?" cecar Sony dengan suara lembut tanpa ada amarah di dalamnya.

"Rupanya si Don Juan kolong jembatan itu memberitahu Kakek?"

Sony mengurai pelukannya. Dia menatap penuh sayang cucu kandung satu-satunya itu.

"Jelas, cucuku. Semua harus masuk ke laporan Kakek." Sony mengusap lembut poni Dini.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang