CH. 15 CEMBURU 2 (Re-Pub)

833 27 2
                                    

Hari minggu pagi, Damar dan Dini masih saja terlelap dalam tidur mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari minggu pagi, Damar dan Dini masih saja terlelap dalam tidur mereka. Setelah hampir sepanjang malam mereka asik bergelung dengan penyatuan dan pelepasan yang membuat tubuh keduanya seolah hilang sendi.

Malam tadi, Damar benar-benar merasa di manusiakan selayaknya manusia. Bahkan tanpa Dini sadari, saat istrinya itu sudah terlelap di dalam dekapan dada besar dan berbulu tipis itu, Damar meneteskan air mata haru. Pahala apa yang pernah dia perbuat dari sekian banyak dosa yang dia lakukan, mendapatkan istri seperti Andini Putri.

Asik memandang wajah tenang Dini yang tetap memejamkan matanya meskipun sudah berkali-kali Damar ganggu dengan kecupan-kecupan ringan di wajahnya, tiba-tiba dari arah nakas terdengar ponsel Dini berdering dengan sangat keras.

"Hei, Nona Muda, teleponmu bunyi."

Akhirnya dengan segala keberatan yang menggelayut di bawah kelopak atanya, Dini pun beranjak dari tidurnya dan mengambil ponsel.

Dia sempat berdecak sebal membaca nama si penelpon.

"Ngapain sih nih orang pagi-pagi telepon," gerutu Dini.

"Kenapa sih, San?"

"Buka pintu apartemen lo, gue udah di depan."

"Apa? Lo ngapain ke sini? Gila lo ya, ganggu gue tidur tau ngga!"

"Buruan Dini atau gue buka sendiri."

Dini membanting kasar teleponnya, Damar yang sudah tahu pun tidak banyak bertanya.

"Aku harus ke mana?" tanya Damar seolah tahu kepanikan Dini.

Dini menggeleng keras.

"Ngga usah, kamu di sini aja. Dia ngga akan masuk ke kamar pribadi ku." Dini bangun dan membetulkan rambut serta mengenakan pakaian yang layak.

Namun, sebelum Dini keluar, secara mendadak Damar mengambil ponsel Dini lalu menghubungi ke nomornya sendiri. Dini menatap bingung dengan tingkah di luar nalar Damar lagi.

"Kamu ngapain?" tanya Dini menerima ponselnya kembali dari tangan Damar.

Dia melihat layar ponsel dalam keadaan mode panggilan keluar dan itu terhubung langsung ke nomor Damar.

"Pastikan panggilannya tetap tersambung dan jangan sampai kamu matikan. Taruh hp kamu di saku bajumu," perintah Damar.

"Untuk apa?" Dini masih bertanya bingung.

"Aku harus tahu apa yang dibicarakan kekasih dari istriku."

Dini menatap berbinar mata Damar dan setelahnya Damar mengangguk pasrah.

"Ya ... ya, aku sedang posesif," ucap Damar.

Lagi dan lagi, Damar menunjukkan sisi perhatiannya dengan cara yang aneh tapi sangat membuat Dini semakin penasaran dan tertarik dengan sosok Damar Ilham.

PRIA BUNGA RAYA (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang