"Tuan putri masih ingat rumah ternyata."
Raya mendelikkan matanya tajam. Baru saja membuka pintu rumah, ia disambut oleh sosok Gandi berdiri menjulang di depannya. Gandi adalah sosok Kakak yang paling menyebalkan di muka bumi.
"Mas juga tumben jam segini ada di rumah? Biasanya juga pulang kalo tengah malam," balas Raya telak. Mengingat kebiasaan Gandi yang jarang ada di rumah, tak heran kalau Raya berkata seperti itu. Semenjak kerja dan bisa mencari uang sendiri, Kakaknya jadi sering pulang tengah malam. Selain karena sering lembur, tentu saja karena sering nongkrong dengan teman-temannya. Begitulah laporan dari Ibunya setiap ia melakukan video call. Ada saja keluhan Ibunya soal Kakaknya.
"Ini rumah orang tuaku. Emang nggak boleh aku di sini?" balas Gandi. "Kamu juga ngapain pulang?"
Raya mendengus keras. Lama tidak bertemu Kakaknya, ternyata sifat menyebalkan Gandi tidak berubah sedikitpun. Perbedaan usia lima tahun membuat Raya dan Gandi sering bertengkar. Lebih tepatnya Gandi yang suka menggodanya dan berujung baku hantam setelahnya.
Selama ini Raya kuliah merantau dan tinggal di apartemen. Kurang lebih tiga setengah tahun ia berkuliah di Surabaya, meninggalkan orang tuanya yang tinggal di Malang. Jarak ke dua kota tersebut memang tidak jauh. Ditempuh dengan kendaraan darat hanya memakan waktu satu atau dua jam. Tergantung dari kecepatan menyetir dan kepadatan lalu lintas. Biasanya ia akan pulang satu minggu sekali karena ia lebih suka tidur di kamarnya sendiri daripada di apartemen. Padahal apartemen yang dipilih oleh orang tua Raya merupakan salah satu apartemen elit yang harganya cukup mahal. Selain itu ia sering kali merasa kesepian saat di apartemen.
Selama pengerjaan skripsi, Raya tidak bisa pulang sesering biasanya. Tidak heran Kakaknya menyambutnya dengan kalimat seperti itu.
"Kalian tuh umur berapa sih? Kok masih doyan berantem aja?" tegur seorang wanita yang berjalan memasuki ruang tamu. Dia adalah Ibu dari dua anak yang saat ini sedang beradu mulut. Kemudian tatapannya mengarah pada anak laki-lakinya. "Mas, itu kopernya Adikmu bantu angkat ke kamar," pintanya.
Raya menjulurkan lidah ke arah Kakaknya begitu mendengar Ibunya menyuruh untuk mengangkat kopernya ke kamar.
"Tiap tuan putri pulang aku selalu jadi babu," gerutu Gandi. Meski begitu ia tetap mengambil koper milik Raya. "Bawa apa aja sih bocah satu ini. Kopernya kok berat banget," dumelnya.
"Jangan banyak protes, Mas," sahut Raya terkikik geli. Wajahnya penuh rasa puas karena melihat Kakaknya menggerutu sepanjang membawa kopernya masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu udah makan?" tanya Ibu, menarik anak perempuannya untuk duduk di dekatnya.
Raya mengangguk. "Bapak?"
"Ada di toko," jawab Ibu. "Kamu udah selesai sidang skripsi, kan?"
"Hmmm...," jawab Raya dengan gumaman. "Masih ada beberapa revisi dari dosen penguji. Setelah semua selesai, baru bisa dicetak skripsinya."
"Kamu termasuk cepat udah sidang skripsi," sahut Ibu. "Banyak temannya anak Ibu yang seangkatan sama kamu belum sidang. Emang beda kampus sih sama kamu. Tapi kata teman-teman Ibu, kamu termasuk yang cepat," lanjutnya dengan nada bangga.
Raya mengangguk membenarkan. Karena ingin libur lebih panjang, Raya meminta pada dosen pembimbingnya agar bisa sidang lebih awal. Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbingnya, ia segera mendaftar untuk sidang. Saat mendapat tanggal sidang di pertengah bulan, membuatnya sangat senang. Dengan begini, ia bisa ikut wisuda di bulan Maret.
"Setelah selesai semuanya bakal pulang ke Malang, kan?"
Raya mengedikkan bahu, memilih tidak memberikan jawaban pada Ibunya. Sebenarnya ia sudah punya rencana untuk memasukkan beberapa lamaran kerja ke perusahaan-perusahaan yang ada di Surabaya. Bahkan ia dan beberapa teman dekatnya sudah mulai mencari job fair yang biasanya diadakan di Surabaya. Tentu saja ini semua dilakukan tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Baik Ibu atau Bapaknya memiliki prinsip yang sedikit aneh. Selama belum menikah, Raya adalah tanggung jawab mereka sepenuhnya. Semua kebutuhan Raya akan dipenuhi oleh Bapak dan Ibunya. Lalu tanggung jawab itu akan berganti ke suaminya begitu nanti ia menikah. Makanya Bapak dan Ibunya tidak pernah berpikir kalau ia perlu bekerja. Selama ini hidupnya memang tidak pernah kekurangan sedikitpun. Tapi tetap saja, ia ingin sekali bekerja meski tahu orang tuanya bisa menanggung hidupnya.
"Raya." Ibu menyentuh pundak anaknya yang tengah melamun.
"Paling udah punya pacar, makanya nggak mau balik ke Malang," celetuk Gandi, melompat duduk ke sofa tepat di seberang Ibu dan Adiknya.
Tangan Raya dengan gesit melempar bantal sofa ke wajah Kakaknya. "Nggak usah sembarangan kalo ngomong!" serunya kesal.
Gandi tertawa keras. Merasa senang bisa menggoda Adiknya lagi.
"Bapak sama Ibu kepikiran nyuruh kamu nikah aja," ucap Ibu kalem.
"Nikah? Yang benar ajalah!" protes Raya tidak terima.
"Nggak usah teriak-teriak kalo ngomong sama Ibu," tegur Gandi melotot ke Raya.
"Kami udah mikir siapa calon yang cocok buat kamu. Ada satu nama yang kami suka," ucap Ibu menghiraukan protesan Raya.
"Siapa, Bu?" tanya Gandi penasaran.
Ibu beralih menatap Gandi. "Jagad, temanmu."
"Kenapa harus Jagad?" tanya Gandi sedikit meninggikan suaranya. Padahal baru saja ia menegur Adiknya agar tidak berbicara keras pada Ibu, tapi ia sendiri melakukannya. Sebenarnya ia cukup kaget karena nama yang disebut Ibunya adalah nama sahabat baiknya. Sahabat yang sering main ke rumahnya dan tidak pernah terlihat tertarik dengan Raya.
"Tuh, lihat! Mas Gandi aja nggak setuju aku sama Mas Jagad. Pasti Mas Gandi nggak ikhlas kalo Adik cantiknya ini dapat sahabatnya sendiri."
"Iyalah nggak setuju," sahut Gandi cepat. Melihat senyum lebar Raya, ia buru-buru menambahkan. "Jagad masa harus dapat cewek manja, berisik dan nggak bisa apa-apa kayak kamu. Padahal selama ini Jagad terbiasa hidup mandiri. Kalo nikah sama kamu, dia berasa ngurusin bocah nanti," lanjutnya.
Raya mengambil bantal sofa yang lain dan melemparkan tepat ke wajah Gandi. "Mas Gandi, kampret!"
***
Sorry for typo and thankyou for reading❤
Author Note:
Cerita baruuu...
Aku lama gak update karena sejujurnya bingung mau ngasih judul cerita ini apa (selain sibuk nonton dracin). Tapi karena mampet, akhirnya judulnya yang simple aja deh. Udah banyak banget yang bikin judul kayak gini, tapi semoga isi ceritanya bakal beda dari yang lainSemoga suka suka ya sama cerita baru ini. Tidak bisa menjanjikan update cepat karena emang lagi banyak list dracin yang mau aku tonton. HAHAHA🤣🤣🤣
Yang mau nambahin list dracin boleh banget. Kalo bagus, pasti bakal langsung aku tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad Raya [Completed]
ChickLitJagad jatuh cinta pada Raya, Adik temannya yang manja, cerewet, berisik, tapi cantik luar biasa. Selama ini ia tidak bisa menunjukkan rasa sukanya dengan cara yang benar. Raya tidak terlalu suka dengan Jagad, teman Kakaknya yang sering main ke rumah...