Bab 8

48.5K 3.9K 46
                                    

"Raya," panggil Rafli sambil matanya melirik Raya melalui spion tengah. Adik temannya itu nampak sibuk bermain ponsel.

"Iya, Mas?" Raya mengangkat pandangannya dari ponsel.

"Ngantar Jagad dulu nggak papa, kan?"

Raya memajukan duduknya. "Emang Mas Jagad mau kemana?" tanyanya menoleh menatap Jagad. "Ini kan hari Sabtu. Emang Mas Jagad mau ngantor?"

"Bukan ke kantor. Cuma ada urusan sebentar," jawab Jagad sekenannya.

"Ngelihat lokasi juga kayak Mas Gandi?" tanya Raya yang membuat Jagad lagi-lagi menatapnya. Jarak wajah mereka begitu dekat, sampai Raya harus menahan napasnya. Beberapa detik berlalu, akhirnya Raya menarik wajahnya menjauh. "Kalo lihat lokasi, harusnya tadi bareng sama Mas Gandi aja," lanjutnya.

"Bukan lihat lokasi," sahut Jagad.

"Terus mau kemana?" tanya Raya mendesak.

"Kamu kok kepo banget aku mau kemana," balas Jagad, tetap tidak mau memberi jawaban.

Rafli berdeham diantara perdebatan Raya dan Jagad. "Raya, pulang ke Malang rencana mau kerja dimana?" tanyanya berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Ditanya seperti itu membuat Raya mendesah kesal. Ia jadi mengingat lagi statusnya saat ini sebagai pengangguran abadi. "Belum tau, Mas."

"Udah coba ngelamar kemana?" tanya Rafli lagi

"Nggak dibolehin sama Ibu, Mas."

"Mau kerja sama aku, nggak?" tanya Rafli yang membuat Jagad dan Raya sontak menatap ke arahnya. "Siapa tau kamu kepo mau masuk ke ruang persidangan."

"Jadi apa?" tanya Raya. "Nggak mungkin jadi tersangkanya, kan?" tanyanya yang sontak membuat Jagad dan Rafli terbahak.

"Tersangka maling mangga," sahut Rafli disela-sela tawanya. "Dulu kamu suka banget manjat-manjat pohon buat ambil mangga."

Raya berdecak.

"Ibu sama Bapak nggak bolehin kamu kerja." Ucapan Jagad bukan sebuah kalimat tanya, tapi sebuah pernyataan yang tidak butuh jawaban.

Raya mengangguk.

"Kenapa?" tanya Rafli.

"Tanya aja langsung ke Bapak sama Ibu. Aku juga nggak tau kenapa mereka nggak ngebolehin aku kerja."

"Siapa tau kamu disuruh ngelanjutin toko punya Bapak sama Ibu," ucap Jagad menimpali. "Kalo bukan kamu, siapa lagi yang bakal ngurusin toko?"

"Oh ya, Bapak sama Ibu jadi beli ruko di sebelah?" tanya Rafli.

Raya mengerutkan keningnya dalam. Ini pertama kalinya mendengar kalau orang tuanya akan membeli sebuah ruko lagi. "Ruko yang mana, Mas?"

"Yang dulu jual ayam geprek, tapi dua bulan ini udah jadi ruko kosong soalnya yang jual ayam geprek udah nggak jualan lagi."

"Oh ... ayam geprek yang nggak enak itu?" tanya Raya memastikan.

Rafli terkekeh. "Iya, ayam geprek yang itu."

"Bapak sama Ibu beli ruko itu buat apa, Mas?" tanya Raya.

"Buat gudang barang." Kali ini bukan Rafli yang menjawab, melainkan Jagad.

"Mas Rafli sama Mas Jagad kok tau?" tanya Raya menyandarkan punggungnya. "Aku aja nggak tau apa-apa. Kalo kalian nggak ngasih tau, aku nggak bakal tau kalo Bapak sama Ibu mau beli ruko."

"Kan kita juga anak Bapak sama Ibu," ucap Rafli dengan bangga. "Kamu kayaknya anak pungut deh."

Raya memukul pundak Rafli kesal. "Enak aja ngatain aku anak pungut!"

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang