Bab 4

57K 4K 57
                                    

Raya berusaha menguatkan matanya agar tidak tertutup. Tubuhnya terasa sangat lelah. Beberapa kali ia menguap karena rasa kantuk mulai menyerang. Ingin sekali ia tidur, tapi ia belum bisa tidur karena tugas seni untuk membuat rumah adat dari stik es krim belum selesai.

Dua jam yang lalu Raya baru ingat kalau ada tugas yang harus dikumpulkan besok. Padahal tugas untuk membuat rumah adat sudah diberikan dari satu minggu yang lalu. Sebelum mengerjakan tugasnya, Raya sempat menangis sesenggukan karena ia yakin tugas ini tidak akan selesai tepat waktu. Guru seninya terkenal cukup disiplin. Tugas seni tidak boleh disepelekan. Kalau ada murid yang tidak mengerjakan tugas, pasti akan terkena hukuman.

"Bocah, jangan mentang-mentang Ibu sama Bapak nggak ada di rumah, kamu bisa begadang."

Sekitar jam delapan malam Bapak menemani Ibu untuk pergi ke Sidoarjo karena ada kerabat Ibu yang meninggal. Mereka berpesan ke Gandi dan Raya untuk mengunci semua pintu rumah karena kemungkinan besar Bapak dan Ibu akan kembali esok hari setelah acara pemakaman. 

Raya mengangkat kepalanya, menatap Gandi dengan tatapan memelas. "Mas, aku lupa kalo besok ada tugas bikin rumah adat."

Gandi melirik jam yang menempel di tembok ruang tengah sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Kenapa baru ngerjain sih?" sentaknya kesal.

Mendengar nada suara Gandi makin membuat Raya terisak pelan.

Gandi mengacak rambutnya frustrasi. Adiknya duduk di lantai dengan stik es krim yang berhamburan di lantai. Ada beberapa stik es krim yang sudah dipotong, ada juga yang masih utuh di dalam plastik.

"Gimana, Mas?" tanya Raya dengan mata berkaca-kaca. "Besok kalo aku nggak bawa tugas, aku bakal dihukum."

"Udah bikin bagian apa aja?"

"Baru bikin atap sama pintu aja."

Gandi berdecak keras. "Tunggu dulu. Aku panggil bala bantuan di atas." Setelah itu ia naik ke lantai atas, menuju kamarnya. Di sana ada dua temannya yang sedang bermain PS. Kebetulan hari ini Jagad dan Rafli berencana menginap di rumahnya.

"Bantuin bikin tugasnya Raya, dong," pinta Gandi tiba-tiba.

Sontak Jagad dan Rafli saling bertukar pandangan.

"Tugas apaan?" tanya Rafli.

"Si bocah disuruh bikin rumah adat dari stik es krim. Dia baru bikin bagian atapnya doang."

Jagad tak kuasa menahan tawanya. "Gimana ceritanya baru bikin atap doang di jam sebelas malam?"

"Bantuin deh pokoknya. Besok aku traktir sepuasnya," ucap Gandi menarik kedua temannya keluar kamar.

Begitu sudah di ruang tengah, Raya menunjukkan sebuah kertas bergambar rumah adat yang nantinya akan ia bikin. Dengan terisak, ia menjelaskan bagian-bagian yang harus dibuat.

Akhirnya Gandi, Jagad dan Rafli membagi tugas. Ada yang mengukur, memotong dan mengelem. Raya sendiri juga kebagian tugas untuk menyusun semua bagian menjadi satu.

"Ini sih ceritanya, akan kukerjakan walau sambil menangis," celetuk Rafli, menggoda Adik temannya.

Raya mencebik mendengar ucapan Rafli.

"Kapan sih tugasnya dikasih?" tanya Gandi sambil tangannya tidak berhenti memotong stik es krim yang sudah diukur.

Raya menundukkan kepalanya, lalu menjawab pelan. "Satu minggu yang lalu."

"Satu minggu yang lalu tapi baru dikerjain sekarang? Emang ngapain aja?" sentak Jagad menatap Raya tajam.

Pertanyaan dari Jagad sukses membuat Raya kembali terisak. Sebenarnya bukan pertanyaan yang diajukan yang membuat Raya terisak, melainkan nada suara Jagad yang sedikit tinggi.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang