Bapak dirawat di rumah sakit selama dua hari. Setelah pulang ke rumah, Bapak dilarang untuk pergi ke toko. Tidak hanya Ibu yang melarang, tapi Gandi, Raya, juga bersikeras melarang Bapak agar tidak bekerja dulu. Semua urusan toko dipantau melalui CCTV oleh Bapak. Biasanya Ibu akan berada di toko selama satu atau dua jam untuk mengecek keadaan toko.
Perhatian untuk Bapak juga datang dari Rafli dan Jagad. Setelah insiden yang membuat gempar satu rumah, mereka berdua sepakat untuk menjaga pola makan Bapak dengan menggunakan katering sehat. Walaupun Bapak bersikeras baik-baik saja, tapi mereka berdua lebih bersikeras ingin mengganti pola makan Bapak dengan menu lebih sehat. Setelah pulang kerja, mereka juga menyempatkan mengobrol bersama Bapak yang nampak bosan karena hampir seharian di rumah karena tidak diperbolehkan pergi ke toko.
"Sebenarnya Bapak sakit apa sih, Bu?" tanya Raya sambil membawa mangkuk berisi mie intstan yang baru ia masak. Baru kali ini ia bertanya pada Ibunya setelah dua hari Bapak pulang dari rumah sakit. Sebelumnya ia menahan diri agar tidak bertanya. Ia takut harus menerima kenyataan tentang penyakit Bapak.
"Setelah tes secara menyeluruh, dokter bilang kalo Bapak baik-baik aja."
Raya mengerjapkan matanya, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Jantungnya Bapak gimana? Normal?" tanyanya dengan nada menuntut.
Ibu mengangguk. "Sangat normal."
"Jantung? Paru? Ginjal? Otak?" tanya Raya beruntun. "Semuanya normal?'
Lagi-lagi Ibu mengangguk.
Raya menatap Ibu dengan tatapan curiga. Ia berusaha mencari kebohongan dari wajah Ibunya. "Ada yang Ibu tutupin dari aku?"
Ibu tertawa pelan. Tidak menyangka kalau anaknya tidak percaya dengan jawabannya. "Ibu tau kamu khawatir, tapi Bapak benaran baik-baik aja."
"Terus, kenapa waktu itu dada Bapak kerasa sakit?"
"Dari cerita dari Bapak, waktu itu Bapak mimpi. Waktu kebangun badan Bapak udah berkeringat, sesak dan nyeri di dada."
"Karena mimpi?"
Ibu lagi-lagi mengangguk. "Kalo kata dokter, mimpi Bapak nyebabin panik yang berlebihan dan nyeri di dada."
"Panic attack?" tanya Raya dengan suara tak yakin.
"Hmmm ... Iya."
"Kok bisa? Emang Bapak mimpi apa waktu itu?" tanya Raya dengan wajah kebingungan.
"Bapak bilang lupa mimpi apa malam itu," jawab Ibu tersenyum tipis. "Atau mungkin, Bapak ingat, tapi nggak mau ngasih tau mimpinya ke Ibu," lanjut.
Raya baru ingat dengan mie instan yang baru ia bikin. Sebelum makan, ia menawari Ibunya lebih dulu. Begitu Ibu menolak tawarannya, Raya langsung menghabiskan sendiri mie instan di piring.
"Raya," panggil Ibu, memperhatikan anaknya yang sibuk menyantap satu piring mie instan yang warnanya sangat merah. Bisa dibayangkan betapa pedasnya mie yang sedang dimakan oleh anaknya.
"Hmmm?" sahut Raya tanpa mengalihkan tatapannya dari mie instan.
"Dulu kita pernah ngobrol soal nikah, kan?"
Kunyahan Raya terhenti. Sontak ia mengangkat pandangannya, menatap wajah Ibunya. "Siapa yang nikah?"
"Kamu."
"Bu, jangan mulai deh." Raya melempar sumpit ke piring dengan ekspresi wajah kesal. Ia melanjutkan kunyahannnya, sampai mulutnya kosong.
"Akhir-akhir ini kamu sama Jagad udah kelihatan dekat. Ibu senang ngelihat interaksi kalian. Jagad kelihatan sayang banget sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad Raya [Completed]
ChickLitJagad jatuh cinta pada Raya, Adik temannya yang manja, cerewet, berisik, tapi cantik luar biasa. Selama ini ia tidak bisa menunjukkan rasa sukanya dengan cara yang benar. Raya tidak terlalu suka dengan Jagad, teman Kakaknya yang sering main ke rumah...