Bab 27

47.3K 4.1K 83
                                    

Tak terasa masa liburan Erina dan Intan di Malang sudah harus berakhir. Hari Minggu pagi, Raya mengantar kedua temannya ke Stasiun. Satu hari sebelumnya, Raya sudah mengajak temannya untuk jalan-jalan. Hari Sabtu Pagi, Raya dan Intan menemani Erina untuk bertemu dengan seorang cowok. Lalu dilanjut sorenya, Raya membawa kedua temannya ke tempat wisata Batu Night Spectacular. Ia menghabiskan satu hari penuh bersama teman-temannya. Walaupun sudah menghabiskan seharian bersama teman-temannya, ia merasa masih terasa kurang.

Setelah mengantar teman-temannya ke Stasiun, Raya memutuskan untuk kembali tidur. Matanya masih terasa berat karena pagi-pagi sudah harus mengantar Erina dan Intan ke stasiun. Baru saja ia hendak memejamkan mata, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka membuat matanya tidak jadi terpejam. Ia melihat sosok Ibu sudah berdiri di sebelah tempat tidurnya sambil membawa mangkuk. Raya bangun dari posisi tidurnya, duduk dengan kaki bersila.

Ibu menyerahkan mangkuk yang dibawa pada Raya. "Kenapa nggak cerita kalo udah pacaran sama Jagad?" tanyanya tanpa basa-basi.

Raya memandangi mangkuk yang berisi buah stroberi. Pasti Ibu memilih berbicara soal ini setelah dua temannya pulang. Ibu memilih waktu yang tepat, karena sesungguhnya Raya belum siap harus bercerita soal hubungan yang sedang ia jalani kepada siapapun kecuali keluarganya.

"Raya," panggil Ibu, menyadarkan anaknya yang tampak melamun.

"Pacarannya baru aja kok. Belum terlalu lama," ucap Raya memberi alasan.

Ibu duduk di kasur, tepat di sebelah Raya. Tiba-tiba senyum muncul di wajahnya. "Ibu senang waktu Jagad ngasih tau Ibu sama Bapak soal kalian," ucapnya meletakkan tangan di paha Raya. "Kenapa bukan kamu langsung yang ngasih tau ke Ibu soal hubungan kalian?"

Raya menghadapkan tubuhnya ke Ibu. "Aku takut disuruh cepat-cepat nikah sama Ibu."

"Kenapa nggak mau cepat-cepat nikah?"

Raya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku nikah setelah Mas Gandi aja."

Ibu menghela napas panjang. "Dijaga baik-baik hubunganmu sama Jagad. Nggak gampang buat dapatin laki-laki sebaik Jagad. Kita semua udah kenal Jagad dari lama."

Raya mengangguk. "Sebenarnya yang anak Ibu itu aku atau Mas Jagad?" tanyanya sebelum mengambil stroberi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.

Ibu tertawa pelan. "Kalian semua anak Ibu. Sebagai orang tua, Ibu cuma mau yang terbaik buat kamu dan Jagad. Kalo ternyata yang terbaik dengan kalian bersama, Ibu juga ikut senang," jawabnya.

Raya merangkul lengan Ibunya. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Ibunya. "Makasih karena udah selalu dukung apa yang aku lakuin."

Ibu tersenyum. "Ibu dan Bapak cuma mau yang terbaik buat kamu dan Masmu."

***

Raya yang baru sampai di kantor, langsung heran dengan semua orang sudah berkumpul di satu meja. Setelah meletakkan tas di mejanya sendiri, ia ikut nimbrung bersama yang lain.

"Ada apa?" tanya Raya.

"Katanya ada dua anak magang yang bakal kerja di sini."

"Baru kali ini Mas Gandi sama Mas Jagad nerima mahasiswa buat magang."

"Dua anak magangnya cowok dan dua-duanya ganteng. Aku udah lihat waktu lewat di depan ruangannya Mas Gandi," ucap Sellia girang.

"Lumayan bisa buat cuci mata," sahut Endah yang disahuti semangat oleh pegawai perempuan lainnya.

"Emang dasar perempuan. Selalu heboh soal laki-laki," sahut Rizal.

"Kalian ngapain?"

Semua yang sedang berkumpul langsung menoleh ke sumber suara. Di sana ada Gandi dan Jagad berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada, melihat ke arah semua pegawainya.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang