Bab 29

44.8K 3.9K 139
                                    

Kalau beberapa hari lalu Jagad yang terbakar api cemburu, kini giliran Raya yang merasa cemburu. Melihat Jagad dan Zizi berdiri tidak jauh dari mobil. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi wajah keduanya tampak serius.

Selesai menjenguk Ayah Jagad, Zizi tiba-tiba mengajak Jagad untuk makan hanya berdua saja. Tentu saja kata berdua ditekankan karena saat itu ada Raya yang berdiri di sebelah Jagad. Zizi bilang ada hal penting yang mau diobrolkan bersama Jagad.

Tentu saja Jagad menolak karena ada Raya yang datang bersamanya. Tidak mungkin Jagad makan sama Zizi hanya berdua sementara Raya harus ditinggal di mobil sendirian. Kalaupun tidak ada Raya, ia tetap akan menolak ajakan makan bersama Zizi. Akhirnya Jagad bersedia mengobrol berdua dengan Zizi, tanpa harus makan bersama. Mereka mengobrol di depan gedung rumah sakit yang sepi, tak jauh dari tempat mobil Jagad diparkir.

Zizi harus puas bisa mengobrol dengan Jagad, meski tidak bisa makan bersama. Di kesempatan ini ia mengutarakan semua perasaan yang ia rasakan. Tanpa sadar ia meremas-remas tangannya, mendadak gugup di hadapan Jagad.

"Zi?" panggil Jagad karena sudah menunggu beberapa menit, tapi belum ada tanda-tanda akan mengeluarkan suara.

Zizi menarik napas panjang, kemudian satu kalimat keluar dari mulutnya. "Sebenarnya, selama ini aku suka sama kamu. Aku pendam perasaan ini udah dari lama dan baru berani bilang sekarang."

Jagad diam mendengar ungkapan perasaan Zizi. Ia tidak menampilkam raut wajah kaget, karena ia sudah menduga hal ini sebelumnya.

"Aku suka kamu sebagai laki-laki. Lihat sosok kamu yang ganteng, pekerja keras dan yang paling penting, kamu berbakti sama orang tua. Semua kriteria laki-laki yang aku inginkan, ada di kamu semua, Jagad."

Jagad masih diam, menunggu sampai Zizi selesai bicara.

Zizi lagi-lagi menarik napas panjang, sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku di sini berusaha jujur buat ngungkapin semuanya sama kamu. Kita udah kenal cukup lama, aku nggak mau bohongin diri sendiri kalo aku suka sama kamu."

"Ak--"

"Kamu boleh pikirin dulu, nggak perlu dijawab dalam waktu dekat," potong Zizi cepat. "Apapun jawabanmu, pasti akan aku terima. Tapi, aku berharap dapat jawaban yang aku inginkan."

Jagad menggeleng pelan. "Aku jawab sekarang aja, ya?"

Zizi memasang wajah seriusnya, menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut Jagad.

"Makasih sebelumnya karena udah berani ungkapin perasaanmu ke aku. Tapi maaf kalo aku nggak bisa balas perasaanmu sesuai sama yang kamu inginkan. Aku ke kamu hanya nyaman sebagai teman aja, nggak lebih."

"Kenapa?" sela Zizi cepat.

"Karena aku udah punya pacar."

Zizi terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia mengelurkan suara tercekat. "Pacarmu itu Raya?" tebaknya.

Jagad mengangguk. "Iya."

"Kamu kan anggap Raya sebagai Adik. Kenapa kalian berdua bisa tiba-tiba pacaran?" tanya Zizi dengan ekpresi sedih. "Rasanya mustahil ada rasa cinta tumbuh diantara kalian berdua," tambahnya.

"Sebenarnya nggak tiba-tiba. Aku udah suka sama Raya dari dulu."

"Kenapa harus Raya?" tanya Zizi seakan tidak terima. "Dia nggak kelihatan cinta sama kamu, Jagad. Selama ini, dia nganggap kamu cuma sebatas Kakak aja. Aku pernah ngobrol sama dia, dan dia bilang kalo hubungan kalian cuma sebatas Kakak dan Adik aja, nggak lebih."

"Perasaan orang bisa berubah-ubah, Zi."

"Kita udah lama saling kenal. Bahkan jauh sebelum ada Raya yang tiba-tiba muncul, aku udah kenal sama kamu. Aku yang selalu nemenin kamu ketika kamu jenguk Ayahmu di rumah sakit. Aku berusaha selalu ada buat kamu. Aku bela-belain datang ke kantormu untuk ngantar makanan buat kamu." Zizi menjeda sejenak, memperhatikan ekspresi Jagad. "Selama ini, aku nggak pernah sekalipun lihat Raya ke rumah sakit buat nemenin kamu. Dia nggak ada di saat kamu butuh. Aku baru lihat dia ke rumah sakit dua kali. Yang waktu itu, dan hari ini."

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang