Bab 14

47.6K 3.9K 47
                                    

Raya memperhatikan perempuan yang baru saja dikenalkan oleh Jagad. Dia adalah Zizi, seorang perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa. Dari pengamatannya, hubungan Jagad dan Zizi cukup akrab. Mereka terlihat seperti dua orang teman yang sering bertemu.

Setelah perkenalan singkat, Raya jadi tahu kalau usia Zizi lebih tua dari Jagad. Bukan berarti wajah Zizi nampak tua. Meskipun usianya di atas Jagad, tapi perempuan yang kini duduk di depannya itu tidak terlihat tua sama sekali. Kalau Zizi tidak memberitahunya, ia malah mengira perempuan itu seumuran dengan Jagad.

"Raya cantik kok, nggak kayak bebek," celetuk Zizi tiba-tiba.

Raya yang sedang memakan baksonya sontak tersedak. Untung saja ia memotong baksonya menjadi ukuran lebih kecil sebelum ia makan. Kalau tidak, mungkin bakso yang ia makan akan menghalangi jalan napasnya.

Jagad terbatuk keras. Ia tidak menyangka kalau Zizi berani membicarakan soal Raya, di depan orangnya langsung.

"Emang Mas Jagad bilang aku kayak bebek ya, Mbak?" tanya Raya menatap Zizi penuh minat.

Zizi mengangguk. "Jagad sering cerita soal kamu ke aku. Aku jadi penasaran, cewek mana yang dikatain bebek sama Jagad."

"Jangankan bebek. Aku juga pernah dikatai kayak monyet," ucap Raya melirik Jagad tajam.

Zizi tertawa pelan. "Kok bisa sih?"

"Karena dia kelakuannya nggak beda jauh sama monyet," jawab Jagad tanpa mengalihkan tatapan dari mangkok baksonya.

"Suka garuk-garuk?" tebak Zizi dengan wajah polosnya.

Raya mencebik. Tebakan Zizi memang tidak salah. Salah satu kebiasaan monyet memang suka menggaruk.

"Dia bukan suka garuk-garuk, tapi suka manjat," ralat Jagad.

Zizi membulatkan bibirnya. Kemudian tatapannya fokus pada Raya. "Kamu beneran suka manjat?"

Raya mengangguk. "Dari kecil suka manjat. Kadang manjat pohong, manjat genteng rumah, manjat pagar."

"Udah kayak maling manjat pagar," sahut Zizi tersenyum.

"Dulu pernah Ibu sama Bapak lupa bawa kunci pagar. Alhasil aku yang disuruh manjat pagar buat ambil kunci di bawah pot bunga dekat pintu," cerita Raya dengan semangat.

"Kalo sesuka itu sama manjat, kenapa nggak coba olahraga panjat tebing?" tanya Zizi menatap Raya dengan bertopang dagu.

"Aku suka kok panjat tebing."

Zizi berdecak kagum mendengar itu. "Wah, kamu keren banget deh."

"Emang hobi aja sih, Mbak. Makanya disalurin ke tempat yang tepat."

"Nggak banyak orang tua yang dukung anaknya buat manjat-manjat."

"Ibu sama Bapak dukung dia banget. Mau dia manjat setinggi apapun, udah nggak pernah dilarang," beritahu Jagad dengan menatap Zizi.

Zizi mengalihkan tatapannya ke Jagad dengan tampang kebingunga. "Ibu? Bapak?"

"Mas Jagad emang manggil orang tuaku kayak gitu. Nggak usah kaget, Mbak," ucap Raya memberi penjelasan.

Zizi manggut-manggut. "Kalian beneran kayak sodara kandung beneran."

Jagad tidak bereaksi apa-apa ketika mendengar ucapan Zizi. Ia mengadahkan tangan pada Raya. "Kunci mobil," ucapnya meminta.

Raya merogoh isi tasnya. Kemudian ia memberikan kunci mobil pada Jagad.

"Aku bayar dulu. Kamu tunggu di sini sama Mbak Zizi."

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang