Bab 12

51.2K 4K 43
                                    

Raya menatap layar laptopnya dengan senyuman lebar. Saat ini ia sedang melakukan panggilan video bersama dua temannya, Erina dan Intan. Setelah lama tidak melakukan panggilan video, akhirnya sekarang mereka bertiga bisa meluangkan waktu. Meski jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi tidak menghalangi mereka untuk berbagi cerita. Tentu saja tujuan Raya melakukan video call dengan dua temannya adalah ingin membagikan sebuah kabar bahagia untuk temannya.

"Kamu beneran udah dibolehin kerja?" tanya Erina heboh.

Raya mengangguk-anggukkan kepalanya. Senyuman tidak luntur sedikitpun dari wajahnya.

"Kok bisa?" tanya Intan heran.

"Bisa aja," jawab Raya masih dengan senyumnya.

"Aku beneran senang dengar kamu dibolehin kerja. Mungkin orang tuamu nyuruh kamu balik ke Malang, biar kamu cari kerja di sana."

Raya kembali menganggukkan kepalanya. Kalau bukan karena Jagad, mungkin keinginannya untuk bekerja seperti orang lain akan menjadi angan-angan belaka.

"Kerja dimana?" tanya Intan akhirnya.

Raya menampilkan cengiran lebar. "Di kantornya Mas Gandi."

"Bukannya kamu bilang kalo Masmu arsitek?" tanya Erina dengan wajah bibgungnya.

"Kalo kerja di kantor arsitek, kamu kerja bagian apa?" Kali ini giliran Intan yang bertanya.

"Hmmm ... sebenarnya aku juga nggak tau kerja bagian apa," jawab Raya dengan cengengesan.

Wajah Erina di layar laptop nampak kebingungan. "Waktu kamu ngelamar, emang nggak ada pilihan posisi yang dilamar?"

Raya menggigit bibir bawahnya. "Sebenarnya ...." Raya menarik napas, memberi jeda untuk mengamati ekspresi kedua temannya di layar laptop yang nampak menunggu dirinya. "Sebenarnya aku kerja di kantornya Masku sendiri."

"Iya, aku tau. Masmu emang arsitek," sahut Intan cepat. Intan masih ingat jelas kalau Gandi, Kakak Raya bekerja di perusahaan jasa arsitektur. Raya sering menceritakana soal hal ini padanya dan Erina.

"Hmmm ... kayaknya aku belum cerita ke kalian kalo Mas Gandi sama Mas Jagad bikin perusahaan jasa arsitek sendiri. Masih skala kecil sih, jadi...." Belum Raya menyelesaikan kalimatnya, kedua temannya sudah memotong dengan heboh.

"Gila! Gila! Gila!"

"Hebat banget!"

Seru Erina dan Intan nyaris bersamaan.

"Emang aku beneran belum pernah cerita ke kalian, ya?" Raya menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.

"Aku cuma tau kalo Masmu kerja jadi arsitek. Udah itu doang. Mana ngerti kalo ternyata bikin usaha sendiri," ucap Erina menjelaskan.

Intan sontak mengangguk-angguk setuju. "Jadi, kamu bisa langsung kerja tanpa proses seleksi?"

"Bisa dibilang kayak gitu."

"Enak banget punya ordal," sahut Erina.

"Benar. Nggak perlu susah-susah ikut job fair buat dapatin kerja," ucap Intan menimpali.

"Kalian gimana? Kerjaan lancar, kan?" tanya Raya pada kedua temannya.

Raya ikut senang saat tahu dua temannya itu sudah mulai bekerja. Walaupun komunikasi mereka tidak seintens saat masih kuliah, tapi mereka tetap saling berkirim pesan. Raya tahu kalau Erina sudah diterima kerja di salah satu stasiun radio. Sedangkan Intan bekerja sebagai content writer. Dua temannya itu cukup beruntung soal pekerjaan. Tidak perlu menunggu lama, Erina dan Intan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang