Bab 34

47K 4.1K 89
                                    

"Mas Jagad lagi sibuk banget ya, Mas?" tanya Raya yang saat ini duduk bersila di kasur Gandi. Kakaknya itu duduk membelakanginya dengan fokus ke layar laptop. 

"Hmmm...."

"Mas Gandi yang mau lamaran, tapi Mas Jagad yang sibuk," keluh Raya sembari mengambil satu bantal yang diletakkan di pangkuannya.

Gandi yang semula fokus dengan layar laptopnya, memutar kursi menghadap ke Adiknya. "Karena aku mau lamaran, makanya pekerjaan banyak di-handle sama Jagad."

Raya cemberut. "Mas Jagad ke luar kota terus. Dia sibuknya ngalahin presiden. Kalo mau video call cuma bisa malam."

"Namanya juga kerja, bocah!" seru Gandi gemas. "Emang kamu mau punya cowok pengangguran?"

Sontak Raya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lagian aku sengaja biarin dia kerja ke luar kota. Bukan karena aku sibuk ngurus acara lamaran, tapi karena di sini dia diterorin terus sama Bundanya."

Raya mengerjapkan matanya, ia memastikan kalau tidak salah dengar. "Bundanya Mas Jagad?" tanyanya memastikan.

Gandi mengangguk. "Waktu itu Bundanya Jagad sempat datang ke kantor," beritahunya. "Beberapa kali datang, sampai bikin Jagad muak."

"Kok aku nggak tau?"

"Kebetulan datangnya pas kamu lagi makan siang di luar sama yang lain."

Raya membulatkan bibirnya. "Ngapain Bundanya Mas Jagad datang ke kantor?"

"Minta duit ke Jagad."

"Waktu itu Mas Jagad bilang kalo Bundanya mau pinjam uang," ucap Raya begitu mengingat kembali percakapan dengan Jagad beberapa hari yang lalu. 

"Padahal sama Jagad udah dikasih lho, tapi emang nggak sesuai nominal yang diminta. Gitu masih aja diminta lagi sama Bundanya. Emang dikira Jagad tuh bank yang bisa dimintain duit terus," ucap Gandi menggebu-gebu.

Raya cukup kaget mendengar itu. "Dipinjamin atau dikasih secara cuma-cuma?"

"Jagad bilang sih dikasih, karena dia nggak yakin Bundanya bakal balikin. Jadi, daripada berharap dibalikin, dia milih ikhlasin aja," jawab Gandi menjelaskan. "Yang dikasih juga bukan nominal kecil, tapi Bundanya tetap aja ngerasa nggak puas."

"Kalo yang dikasih bukan nominal kecil, berarti nominal uang yang mau dipinjam lebih besar daripada nominal yang dikasih sama Mas Jagad?" tanya Raya dengan mata terbelalak tak percaya.

Gandi mengangguk. "Makanya beberapa hari ini Jagad milih ke luar kota. Selain nenangin diri dari teror Bundanya yang selalu minta uang, sekalian dia nyelesaiin kerjaan," jawabnya sebelum memutar lagi kursi menghadap meja kerja.

Raya memandangi ponselnya yang ada di tangan. Ia ingin sekali menghubungi Jagad dan menanyakan keadaan laki-laki itu saat ini. Melihat jam yang sudah terlalu malam, ia takut mengganggu jam istirahat Jagad. 

"Kamu balik lagi ke kamar, aku mau lanjut kerja," usir Gandi tanpa melihat Adiknya. Lama tidak ada suara, ia pikir Raya sudah keluar dari kamarnya. Sampai akhirnya ia mendengar Raya memanggil namanya.

"Kenapa Mas Jagad nggak ngasih uang sesuai dengan nominal yang disebutin sama Bundanya?"

Jari-jari Gandi dengan lincah mengetik di laptop. "Aku nggak tau. Coba kamu tanya Jagad langsung."

Raya menghela napas panjang. Kemudian ia turun dari kasur dan berjalan keluar kamar.

***

Sekitar jam tujuh pagi Raya sudah bersiap. Hari ini ia berencana menjemput Jagad di stasiun. Setelah hampir dua minggu tidak bertemu Jagad, akhirnya hari ini ia bisa bertemu Jagad. Selama dua minggu ini ia harus puas melihat Jagad dari layar ponselnya.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang