Bab 15

46.5K 3.6K 19
                                    

Dengan cepat Raya menghabiskan mie yang sedang ia makan. Karena tidak ada sendok, ia terpaksa menyeruput kuahnya langsung dari mangkok. Begitu mie dan kuah sudah habis, ia meletakkan mangkok di meja. Tangannya mengambil satu botol minum dan menegaknnya sampai tersisa setengah. Karena minum terlalu cepat, ia jadi tersedak.

Jagad seketika panik dan menepuk-nepuk punggu Raya ringan. "Nggak papa?" tanyanya.

Raya menggelengkan kepala. "Nggak papa kok."

"Makannya jangan cepat-cepat."

Raya menampilkan cengiran. "Aku penasaran," ucapnya jujur. "Eh, tapi kalo Mas Jagad nggak berkenan cerita, aku nggak maksa," lanjutnya cepat.

"Nggak papa kok. Lagian bukan hal yang harus dirahasiain."

Raya manggut-manggut. "Aku kira selama ini orang tuanya Mas Jagad sibuk kerja, makanya Mas nggak pernah pulang ke rumahnya sendiri.".

"Awalnya emang pada sibuk kerja. Mereka sama-sama sibuk, sampai nggak punya waktu satu sama lain."

"Terus?"

"Sampai akhirnya Bundaku selingkuh dan pergi ninggalin aku dan Ayah."

Raya cukup kaget mendengar fakta itu. Tanpa sadar tangannya menepuk-nepuk punggung tangan Jagad.

"Walaupun jarang ada di rumah, ternyata Ayah sayang banget sama Bunda. Selama ini Ayah kerja ngumpulin banyak uang karena nggak mau aku sama Bunda hidup kekurangan."

"Kalo Ayahnya Mas Jagad kerja, kenapa Bundanya Mas Jagad juga kerja?" tanya Raya heran. Ia mena. "Emang uang dari Ayahnya Mas Jagad gak cukup?"

"Bunda kerja buat pengalihan rasa sedih."

"Karena kesepian di rumah?"

"Sebenarnya aku sempat punya Adik."

"Adik?!" pekik Raya tertahan. Ia baru sadar kalau ternyata tidak tahu banyak soal Jagad.

Jagad mengangguk.

"Sekarang dimana?"

"Meninggal."

"Meninggal? Karena apa?"

"Sakit panas, terus nggak lama kejang. Akhirnya waktu dibawa ke rumah sakit, dia udah nggak bisa diselamatin."

"Mas Gandi tau cerita hidupnya Mas Jagad?"

Jagad tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Gandi tau, Rafli tau, Ibu tau, bahkan Bapak juga tau."

Mulut Raya terbuka lebar. "Cuma aku doang yang nggak tau?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Selama ini kamu sibuk sama duniamu sendiri. Nggak pernah kelihatan peduli sama sekitarmu."

Raya tertegun. Dulu, ia memang tidak terlalu peduli pada Jagad. Jangankan Jagad, ia bahkan tidak terlalu peduli soal Gandi. Hidupnya hanya berpusat pada dirinya sendiri. Raya hanya peduli dengan apa yang ingin ia lakukan. Selama ini, dia hanya peduli pada dirinya sendiri.

"Setelah Adikku meninggal, Bunda jadi gampang sedih di rumah. Akhirnya Bunda minta izin buat balik kerja lagi. Dengan terpaksa Ayah ngizinin Bunda untuk kerja karena nggak mau lihat Bunda berlarut-larut dalam kesedihan."

"Selama ini aku ngiranya keluarga Mas Jagad sibuk kerja, makanya Mas Jagad nggak pernah betah di rumah," ucap Raya lirih. Ia menatap kedua kakinya yang ia gerak-gerakkan.

"Perkiraanmu nggak salah kok. Awalnya emang mereka sibuk kerja."

"Dulu aku ingat pernah ke rumah Mas Jagad. Rumah Mas Jagad sepi banget. Kayak nggak ada kehidupan."

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang