Bab 20

51.3K 4.2K 165
                                    

Jagad yang merasa kakinya ditendang-tendang, membuat tidurnya jadi terganggu. Begitu matanya terbuka, pertama kali ia sadar kalau ada pemadaman listrik. Lampu tidur dan AC di kamarnya mati. Tangannya meraba nakas, berusaha mencari ponselnya. Begitu berhasil menyalakan flashlight di ponselnya, ia bisa melihat sosok Raya yang tidur dalam kondisi duduk tepat di sebelah kasurnya.

"Ternyata kaki Raya yang nendang-nendang," ddcak Jagad sambil mengusap wajahnya kasar.

Dengan perlahan Jagad turun dari kasur, dan berjalan ke arah kamar mandi. Begitu keluar kamar mandi, listrik tiba-tiba menyala.

"Raya, bangun. Lampunya udah nyala. Ayo pindah kamarmu sendiri." Jagad menepuk-nepuk pipi Raya pelan.

Raya menyingkirkan tangan Jagad tanpa membuka matanya.

"Raya, nggak enak tidur sambil duduk."

Raya hanya mengeluarkan gumaman tidak jelas.

Akhirnya Jagad meletakkan satu tangan di belakang leher Raya, satu lagi di belakang lutut. Kemudian ia menggendong Raya dan membaringkannya di atas kasurnya.

Jagad mendapati selimut pink milik Raya. Ia memakaikan selimut itu menutupi tubuh Raya. Perempuan itu langsung memeluk guling dengan nyaman.

Jam di ponsel menunjukkan pukul setengah dua pagi. Jagad memilih tidak melanjutkan tidurnya dan berjalan keluar kamar. Saat melihat kamar Rafli, temannya itu ternyata tidak ada di sana.

"Beneran nggak pulang ternyata." Jagad menutup pintu kamar Rafli, lalu ia berjalan kembali ke kamarnya.

Single sofa yang tadi dipakai Raya untuk tidur, kini ditempati oleh Jagad. Kedua kaki ia silangkan, tatapan matanya tertuju pada wajah Raya yang sedang tertidur. Jagad tidak bisa menahan senyumnya saat bibir mungil itu sedikit terbuka.

Tanpa sadar tangan Jagad bergerak merapikan rambut yang menutupi wajah Raya. "Cantik banget sih," gumamnya dengan tatapan penuh kekaguman.

Melihat Raya yang tiba-tiba bergerak, membuat Jagad menarik tangannya dari wajah perempuan itu. Jantungnya berdetak kencang, takut kalau Raya mendadak bangun. Untung saja Raya hanya mengubah posisi tidur, masih dengan memeluk guling. Tanpa sadar Jagad menghela napas lega.

***

Ada orang yang menganggap hari ulang tahun adalah momen yang spesial, ada juga yang tidak. Raya termasuk orang yang suka merayakan hari ulang tahunnya. Baginya, hari ulang tahun adalah momen dimana ia lahir ke dunia. Ada beberapa orang beranggapan kalau ketika beulang tahun, berarti sisa umur di dunia berkurang. Raya pernah dengar akan hal itu. Meski begitu, ia tetap suka merayakan ulang tahunnya sebagai bentuk rasa syukur karena masih bisa bernapas sampai saat ini.

Karena usia Raya sudah tidak muda lagi, momen perayaan ulang tahun biasanya hanya dilakukan di rumah dengan makan bersama. Orang tuanya rela tidak membuka toko demi menyiapkan hidangan spesial untuk nanti malam.

Dari jauh-jauh hari Raya sudah memberitahu pada Gandi, Jagad dan Rafli agar meluangkan waktu di hari ulang tahunnya. Ketiga laki-laki itu dengan kompak memutuskan untuk tidak kerja demi menyenangkan dirinya. Untung saja tidak ada pekerjaan penting yang harus mereka kerjakan.

Tidak hanya makan malam bersama, tentu saja Raya ingin melakukan hal yang bermakna dalam hidupnya dengan gaji yang ia dapat. Dengan gaji dan uang bulanan dari orang tuanya, Raya memutuskan membeli beberapa mainan, peralatan sekolah dan juga makanan untuk anak-anak di panti asuhan. Semua diberikan ke panti asuhan di dekat rumahnya. Selesai membagikan barang di panti asuhan, Raya langsung pulang dan membantu orang tuanya.

Di rumah, Ibu dan Bapak sibuk memasak beberapa makanan kesukaannya. Ada juga Rafli yang sibuk mendekor ruangan dengan pernak-pernik dan balon warna pink. Kalau Rafli sibuk mendekor ruangan, berbeda dengan Gandi yang justru dimintai tolong oleh Ibu untuk pergi mengambil kue yang sudah dipesan dari satu minggu yang lalu. Ketika semua orang sibuk dengan persiapan ulang tahunnya, Raya tidak melihat Jagad.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang