"Raya," panggil Jagad.
"Hm?" Raya tidak mengangkat pandangannya sama sekali. Mulutnya sibuk mengunyah kerang dan cumi secara bersamaan. Perutnya sudah meronta-ronta ingin menghabiskan semua makanan di depan matanya.
"Ada udang."
Raya menatap Jagad sekilas, lalu menangguk kecil. Dari tadi ia tidak menyentuh piring yang berisi udang sama sekali.
Jagad mengernyitkan kening. "Udang, lho. Makanan kesukaanmu," ucapnya. Ia tidak mungkin salah mengingat. Dulu saat Jagad ikut makan bersama dengan Raya dan Gandi, Kakak dan Adik itu pernah bertengkar hanya karena satu udang yang tersisa. Jangan tanya siapa yang berhasil mendapatkan udang terakhir, karena tentu saja Gandi yang menang. Dan saat itu Raya menangis keras tanpa henti.
"Aku tau, Mas," sahut Raya ringan tanpa berniat menyentuh piring yang berisi makanan favoritnya.
"Terus, kenapa nggak dimakan?" tanya Jagad heran.
Raya melirik piring berisi udang, lalu beralih menatap Jagad. "Karena udangnya belum dikupas," jawabnya.
Jagad mengulum senyum baru menyadari kalau Raya tidak bisa makan udang yang belum dikupas. Kemudian tangannya dengan cekatan mengupas kulit udang satu persatu dan meletakkanya ke piring Raya.
Raya sontak tertegun melihat udang di piringnya. "Makasih, Mas."
Jagad menganguk singkat sebelum melanjutkan makan. Sesekali ia melihat Raya yang melahap semua makanan dengan lahap. Melihat Raya yang makan dengan lahap, membuat Jagad sadar kalau perempuan itu juga belum sarapan, sama seperti dirinya.
Raya menikmati semua makanan yang terhidang di atas meja. Mulai dari kerang, cumi, udang dan ikan. Porsi yang cukup banyak untuk dihabiskan berdua. Kemudian ia kunyahannya melambat saat tiba-tiba mengingat kalau harga dari makanan yang ia makan saat ini cukup mahal. Kemarin malam ia sudah keluar banyak uang untuk mentraktir kedua temannya. Tidak mungkin kali ini ia juga harus membayar semua makanan yang sudah masuk ke perutnya.
"Kenapa?"
"Semua makanan ini Mas Jagad yang bayar, kan?"
Jagad hampir tersedak karena tak bisa menaham tawanya. "Nasimu udah mau habis kamu baru nanya?"
"Kalo Mas Jagad yang bayar, aku bakal habisin nasiku," ucap Raya sambil memasukkan udang ke mulutnya.
"Aku yang bayar. Kamu tenang aja."
Raya mengangguk-anggukkan kepala. Setelah mendengar itu, ia menghabiskan sisa nasi di piring dengan semangat. Selagi ia menghabiskan makanannya, Jagad meninggalkannya untuk mencuci tangan. Begitu kembali, ia membawa satu kresek besar yang langsung diletakkan di samping kursi Raya.
"Buat orang tuamu," ucap Jagad seakan tahu arah tatapan Raya.
Raya tersenyum lebar. "Makasih, Mas."
"Cepat habisin makanmu." Setelah mengatakan itu Jagad sibuk dengan ponselnya, membalas beberapa pesan yang masuk.
***
"BOCAH!" teriak Gandi begitu masuk rumah. Ia baru pulang dan mendapati rumah dalam keadaan kosong dan gelap. Ia langsung menyalakan semua lampu agar lebih terang.
Tidak terdengar sahutan apapun, membuat Gandi mengerutkan keningnya. Ia meletakkan bungkusan yang ia bawa di meja makan, kemudian mencari keberadaan Adiknya.
Tidak menemukan Raya disetiap sudut rumah, membuat Gandi kebingungan. Jelas-jelas ia menerima pesan dari Jagad kalau tadi siang laki-laki itu sudah mengantar Adiknya sampai rumah dengan selamat. Ia mencoba menghubungi nomor Raya, tapi tidak bisa. Kemungkinan besar ponsel Raya sedang tidak aktif. Saat masuk ke kamar Raya, ia menemukan sebuah ponsel di atas nakas. Dan dugaannya terbuki benar, ponsel Raya memang dalam keadaan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad Raya [Completed]
ChickLitJagad jatuh cinta pada Raya, Adik temannya yang manja, cerewet, berisik, tapi cantik luar biasa. Selama ini ia tidak bisa menunjukkan rasa sukanya dengan cara yang benar. Raya tidak terlalu suka dengan Jagad, teman Kakaknya yang sering main ke rumah...