Jagad sadar kalau Raya sedang menghindarinya. Jelas-jelas tadi pagi Gandi mengatakan akan jalan dengan Saras, tapi entah kenapa Raya lebih memilih pulang dengan Gandi daripada dengannya.
Tidak sampai di situ saja, begitu Jagad sampai di rumah, ia mendapati Raya mengurung diri di kamar. Walaupun tidak ada mobil Gandi di garasi, tapi ia sangat yakin kalau Raya sudah ada di rumah. Sepatu yang hari ini dipakai Raya, sudah ada di rak depan. Beberapa kali Jagad mencoba mengetuk pintu kamar Raya, tapi tidak ada tanda-tanda akan dibukakan. Akhirnya ia menyerah dan memilih masuk ke kamarnya sendiri.
Dua jam kemudian Jagad mendengar suara Gandi dan Rafli sedang mengobrol. Ia buru-buru keluar kamar dan menemukan dua temannya sedang berjalan menaiki tangga bersama. Rafli berjalan masuk ke kamar setelah menyapa Jagad sekilas, lalu Gandi juga masuk ke kamar diikuti oleh Jagad.
"Tadi ngantar Raya pulang dulu baru jalan sama Saras?" tanya Jagad, berdiri bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Iya, aku malas dengerin ocehan si bocah sepanjang jalan yang minta diantarin ke rumah."
"Kenapa dia nggak mau bareng sama aku?" tanya Jagad penasaran.
Gandi mengedikkan bahu.
"Sebelumnya, kamu ada ngomong apa sama Raya?"
Gandi menggeleng dengan memasang wajah tanpa dosa. "Nggak ngomong apa-apa tuh."
Jagad menghembuskan napas keras. "Yaudah, thanks."
Tanpa sadar kedua sudut bibir Gandi tertarik ke atas. Senang rasanya melihat tingkah bodoh teman dan Adiknya. Perlu sedikit bensin untuk membuat sesuatu terbakar dengan api. Dan itu yang saat ini ia lakukan pada mereka berdua.
Ponsel Gandi berbunyi. Ia langsung menjawab panggilan itu.
"Halo, iya aku baru sampai rumah .... ini baru mau mandi. Selesai mandi aku video call ya," ucap Gandi dengan lembut pada orang di seberang.
***
Sekitar jam dua belas malam Raya keluar kamar karena merasa lapar. Setelah tadi diantar pulang oleh Gandi, ia belum makan apapun. Sekarang ia lapar, dan berusaha mencari makanan di dapur. Raya mendesah lelah saat tidak menemukan makanan apapun di dapur.
"Lapar?"
Raya terlonjak kaget mendengar suara Jagad di belakangnya. Padahal ia sengaja tidak menyalakan lampu di dapur agar tidak membanhunkan siapapun. Perlahan ia memutar badannya, menemukan sosok Jagad sudah berdiri menjulang di depannya.
Jagad menyalakan lampu, sehingga seluruh ruangan menjadi terang. "Kamu lapar?" tanyanya lagi.
Raya menggeleng, tapi tak lama kemudian disusul dengan suara dari perutnya yang membuatnya menunduk malu. Kebohongannya langsung jelas ketahuan karena suara perutnya sendiri.
"Ibu nggak masak banyak karena dipikirnya kita-kita nggak ada yang makan di rumah," beritahu Jagad.
Raya mengusap perutnya sekilas. Saat tangannya bergerak untuk membuka kabinet bagian atas, di belakangnya Jagad berdiri menutup kabinet itu.
"Jangan masak mie. Kamu udah keseringan makan mie."
"Tapi ...." Raya menggigit bibir bawahnya sambil matanya menatap wajah Jagad. "Aku lapar banget, Mas" lanjutnya dengan wajah memelas.
"Aku pesanin makan. Kamu mau makan apa?" Jagad menarik kursi di ruang makan dan langsung mendudukinya.
Raya ikut menarik kursi di sebelah Jagad. "Terserah Mas Jagad aja. Pilih penjual yang jam segini masih buka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad Raya [Completed]
ChickLitJagad jatuh cinta pada Raya, Adik temannya yang manja, cerewet, berisik, tapi cantik luar biasa. Selama ini ia tidak bisa menunjukkan rasa sukanya dengan cara yang benar. Raya tidak terlalu suka dengan Jagad, teman Kakaknya yang sering main ke rumah...