Bab 28

47.5K 4K 49
                                    

"Ini apa?" Raya mengangkat pandangannya, menatap lurus ke Joshua, saat mendapati kotak bekal muncul di mejanya.

"Sebagai ucapan terima kasih karena kemarin udah traktir kami berdua makan soto."

Memang kemarin saat makan siang Raya sekalian membayar soto pesanan Joshua dan Evan. Mendengar cerita dari mereka yang seorang mahasiswa merantau, membuat Raya berinisiatif untuk mentraktir kedua laki-laki itu. Lagi pula, traktiran makan kemarin bisa dianggap sebagai ucapan selamat datang agar mereka betah selama magang di kantor JaDi.

"Harusnya nggak perlu repot-repot."

"Nggak repot kok," sahut Joshua cepat. "Btw, itu dari aku sama Evan. Dimakan ya. Lumayan buat cemilan sambil kerja."

Raya tersenyum. "Makasih, ya."

Di tempat lain, Jagad bisa melihat saat Joshua memberi kotak bekal pada Raya. Tanpa sadar tangannya terkepal kuat kala Raya terlihat tertawa saat mengobrol dengan Joshua. Kakinya melangkah begitu saja, mendekat ke arah Raya dan Joshua yang sedang sibuk mengobrol.

"Mas Jagad," ucap Raya yang lebih dulu menyadari kedatangan Jagad.

"Lagi apa?" tanya Jagad dengab wajah kakunya. 

"Oh, ini Mas. Lagi ngasih Raya cemilan karena kemarin dia udah traktir aku sama Evan."

Jagad mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kerjaan yang kemarin aku suruh kerjain, udah selesai?" tanyanya menatap Joshua dengan raut wajah serius.

Joshua menampilkan cengiran. "Belum, Mas. Habis ini bakal langsung dikerjain kok." Setelah mengatakan itu, Joshua melipir ke mejanya.

Raya melipat kedua tangan di depan dada, tatapannya tidak lepas dari wajah Jagad. "Alus banget ya cara ngusir Joshua dari mejaku," ucapnya geli.

Jagad mengedikkan bahu. Seakan tidak tahu maksud ucapan Raya, ia kembali masuk ke ruangannya sendiri.

Raya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Jagad yang sedang cemburu. Padahal ia hanya mengobrol sebentar dengan Joshua.

Ternyata kecemburuan itu tidak hanya saat pagi. Ketika tiba waktunya pulang kerja, Raya yang berjalan keluar kantor, dihampiri oleh Evan. Tanpa basa-basi, Evan menawari untuk mengantarnya pulang. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia yakin Jagad bisa melihatnya. Laki-laki yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil memperhatikan gerak-gerik Raya.

"Hmmm ... maaf banget. Aku pulang bareng sama Mas Jagad."

"Kalo besok?"

Tatapan Raya tertuju pada kaca depan mobil. "Maaf banget. Aku kalo pulang selalu sama Mas Jagad atau nggak Mas Gandi."

Evan mengangguk paham. "Kalo gitu, jangan nolak ini," ujarnya sambil mengeluarkan sebuah coklat dari tasnya.

"Buat aku?" tanya Raya penuh keraguan.

"Hari ini aku perhatiin kamu kelihatan badmood. Makanya aku beli itu biar kamu ceria lagi."

Memang benar, hari ini perasaan Raya memang lagi jelek. Beberapa kali ia menghela napas ketika kerja. Mungkin hal itu tak luput dari pengamatan Evan. Dan sekarang ia dilanda dilema. Kalau ia menerima pemberian Evan, pasti Jagad akan cemburu. Jika tidak diterima, ia juga tidak enak dengan Evan. Sudah pasti laki-laki di depannya akan memaksa untuk menerima coklat itu.

Melihat Raya yang masih diam saja, akhirnya Evan langsung memberikan coklat itu ke tangan Raya. "Jangan lupa dimakan," ucapnya sebelum melambai sambil berjalan menjauh dari Raya.

Melihat coklat yang ada di tangannya, Raya jadi takut untuk masuk ke mobil. Langkah kakinya terasa begitu berat. Baru juga masuk, ia sudah disuguhi wajah masam Jagad. Susah payah ia menelan air liurnya. Tugasnya cukup berat untuk membujuk Jagad yang terlihat mendiamkannya. Tanpa Jagad mengatakan apapun, mobil sudah bergerak, menuju jalan raya.

Jagad Raya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang