Dasar Orang Kota!

897 47 7
                                    

Tidur siang Tsabiya terganggu sejak sepuluh menit lalu, ia mendengar ada suara laki-laki tertawa. Akhirnya Tsabiya putuskan mencari tau dari mana suara itu berasal karena ia penasaran. Keluar dari kamar ia malah mendapati sebuah koper kecil di ruang tamu, ada ipad dan laptop Mikael di atas meja tamu juga. Segera Tsabiya menuju pintu.

Tsabiya sedikit heran, di teras rumahnya ada Agil. Ya, Agil sedang duduk berdua di teras dengan Mikael. Agil dengan setelan rapinya mengunjungi rumah Tsabiya?

Agil yang sedang tertawa kini terhenti, wajahnya menunjukkan raut segan, sedangkan Mikael, laki-laki itu tidak tertawa melainkan ekspresi yang tadi gusar sekarang berubah menjadi biasa saja.

"Maaf Tsabiya, Ketawaku ganggu kamu ya?"
Agil tersenyum agak kikuk.

"Nggak apa-apa, udah lama sampainya, Agil?" Tsabiya melirik Mikael sebentar, yang dilirik tidak bereskpresi. Tsabiya langsung mengerti, bukannya Mikael kembali ke Jakarta tapi malah meminta Agil mengantarkan keperluannya serta alat-alat kerjanya? Jadi Mikael tidak mendengar permintaan Tsabiya yang disampaikan tadi pagi? Tsabiya benar-benar merasa kesal namun ia tahan di depan Agil.

"Setengah jam yang lalu, Tsa."

"Aku ambilkan minum, sebentar ya!" Mikael sejak tadi tidak menawarkan apapun pada sahabatnya yang datang jauh-jauh? ada-ada saja. Eh tapi di rumah itu tidak ada apa-apa juga karena sudah lama kosong, yang ada hanya air mineral dingin yang tadi pagi Tsabiya dinginkan di kulkas. Hanya itu saja yang bisa Tsabiya berikan ke Agil.

Agil mengangguk, tak berapa lama Tsabiya betulan datang membawa gelas dan pelepas dahaga.

"Tsabiya, duduk di sini ya, temani Agil bicara, saya mau mandi, gerah." Mikael bangkit dari duduknya, mempersilahkan Tsabiya dengan lembut seperti biasanya.

"Oh ya, mandi deh, kusut banget lo kasihan! Tertekan banget lagi keliatannya hahaha." Agil berseloroh lucu dibalas tatapan datar Mikael yang mulai berlalu masuk. Tsabiya? raut wajahnya lebih datar sampai membuat Agil semakin kikuk.

"Oh ya, udah makan siang belum, tadi aku masak, menunya se-adanya sih, Agil." tawarnya  tulus sebagai teman.

"Boleh, aku juga lapar, rencana tadi mau keluar nyari makan sama Mikael, dia juga katanya belum sempat makan tadi."

Mendengar jawaban itu, Tsabiya aneh sendiri. Tsabiya memang makan sendiri tadi siang, sama sekali tidak menawarkan Mikael. Jadi, Mikael sama sekali tidak menyentuh makanan yang tidak ditawarkan oleh Tsabiya. Sebegitu takutnya kah Mikael yang biasanya suka semena-mena?

Tsabiya dan Agil melanjutkan obrolan yang sedikit canggung itu, maklum sebelumnya kan tidak dekat karena satu dan lain hal. Beberapa puluh menit berlalu sambil bercengkrama, Mikael muncul dengan tampilan segar, baju sudah berganti, rambut yang masih sedikit basah, dan tentunya tampan.

"Ya sudah, ayo masuk, makan siang dulu."
Tsabiya mempersilahkan Agil masuk, Mikael mengernyit. Sedangkan Agil langsung berdiri mengikuti ajakan sambil menepuk bahu Mikael dua kali.

Mikael terdiam di belakang keduanya, tidak bisa merespon melihat Agil masuk diikuti Tsabiya.

"Lo nggak masuk? ikutlah! mana bisa gue berdua doang sama Tsabiya," Agil menoleh santai. Tsabiya mencoba menghilangkan malu, ah pasti kurang lebih tentang kondisi ini Agil sudah tau, mustahilkan Agil percaya kalau keduanya baik-baik saja sedangkan jelas kemarin Tsabiya menghilang dari rumah di Jakarta dan harus disusul. Sudah pasti Agil orang pertama yang ditelpon Mikael saat Tsabiya tidak bisa ditemukan.

Tsabiya menahan napas karena tidak bisa berbuat apa-apa dengan apa yang ia pikirkan.

"Kamu belum makan juga kan?" Tsabiya menatap santai pada suaminya. Meskipun hatinya terasa koyak dengan kejadian kemarin, tetap Tsabiya tidak boleh memperlakukan Mikael dengan tidak manusiawi, terlebih ada Agil, orang lain tentu tidak boleh tau detail tentang apa yang terjadi.

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang