Kesepian itu Rasanya Ga Enak

919 50 11
                                    

"Aku pengen jalan-jalan." Suara itu tiba-tiba terasa dekat dengan Mikael yang sedang duduk menggulir layar Ipadnya di balkon kamar.

Ketika menoleh, Tsabiya ternyata berdiri di sana. Sejak kapan ia bangun dari tidurnya?

"Saya sibuk."

"El, tadi siang aku liat di ponsel Mbok video warga komplek main di taman komplek yang dekat masjid itu loh, video kemarin kata Mbok. Ada remaja-remaja komplek lagi tanding basket. Aku pengen nonton deh. Di sana rame banget. Ayo ke sana, di rumah bosan."

"Saya sibuk."

"El, Ayolah. Sore ini finalnya kata Mbok. Please, El. Anak kamu yang mau." Mikael terdengar menghela napas, sesaat kemudian, layar Ipadnya sudah mati.

"Ganti baju." Yes, dalam hati Tsabiya berteriak girang. Akhirnya ia menghirup angin luar. Huft. Susah sekali mengajak Mikael keluar.

Mikael menyimpan barang-barang yang berhubungan dengan pekerjaannya. Beberapa menit menunggu Tsabiya memakai baju dan melabuhkan hijabnya, akhirnya mereka keluar dari pintu rumah.

"Ga mau naik mobil, jalan kaki aja, dekat kata Mbok." ucap Tsabiya menahan Mikael yang ingin menuju mobil.

"Kamu tidak akan sanggup jalan."

"Lebay, ayo ah jalan kaki aja, udah lama aku nggak jalan kaki. Dokter bilang kandunganku juga sehat." Mikael diseret begitu saja oleh Tsabiya. Lengan Mikael dipeluk begitu erat.

Di jalan komplek, keduanya berjalan bersampingan. Tsabiya yang tadi menempel pada Mikael kita sudah melepaskan laki-laki itu.

"Tau nggak sih, El. Aku kangen banget jalan kaki. Huft kangen pulang ke rumah."

"Kalo kamu, sering ya datang ke desa tempat aku tinggal?"

"Kenapa, kalo boleh tau." Tsabiya berjalan sesuka hatinya, memutar badannya dan berjalan mundur. Ia berhadap-hadapan dengan Mikael sekarang.

"Jalan yang normal," suruh Mikael dingin.

"Jawab dulu, El."

"Jangan membantah saya tidak suka," peringatnya dingin.

"Iya tapi jawab dulu."

Mikael mencoba menggapai tangan Tsabiya yang menunjuk dirinya tapi kalah cepat.

"Eh nggak bisa, nggak mau, jawab dulu!" Tsabiya menarik cepat tangannya dan berjaga jarak dengan Mikael tapi Mikael masih mencoba mengambil tangan Tsabiya.

"Ihh gamau! Jawab dulu kalo nggak jawab aku tinggalin haahahha." Tsabiya memutar badan dan berlari kecil meninggalkan Mikael. Apa? Lari? Yang benar saja. Perempuan itu bahkan tidak ingat bahwa di perutnya ada calon manusia.

"Nggak semudah itu, El. Wleeekk." Tsabiya berlari sambil menoleh ke belakang di mana Mikael masih berdiri diam, entah apa yang laki-laki itu pikirkan.

"Tangkap aku kalo bisa." Tsabiya menambah  sedikit kecepatan larinya.

"Tsabiya berhenti!"

Panggilan itu tidak digubris. Segera Mikael mengejar Tsabiya dan langsung dicegat biar berhenti.

"Huft, ketangkap lagi. Emang ga bakat jadi pelari." Tsabiya berbicara sambil ngos-ngosan dengan tangan kanan dipegang erat oleh Mikael.

"Kamu gila," tuduh Mikael dingin.

"Hah?"

"Kamu ingat dia tidak?"

"Yaallah aku lupa, El."

PLETAKKK...

"Aaaah jangan dijitak, El. Sakit."

"Saya bilang jalan saja,"

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang