Hujan perlahan berhenti. Mikael lega karena akhirnya bisa pulang. Namun sesampainya di rumah, Mikael tak melihat Tsabiya. Bahkan di kamar juga tidak ada. Tsabiya mencari ke seluruh ruangan tetap tidak ada. Dapur kosong, yang terlihat hanya pintu belakang rumah terbuka memperlihatkan halaman belakang. Mikael celingak celinguk dari pintu rumah mencari Tsabiya di halaman belakang tapi tak ada sosoknya terlihat. Mata Mikael malah melihat payung di depan gudang dengan pintu terbuka.
Jantung Mikael berdebar hebat karena takut melihat pintu gudang yang terbuka padahal hanya Mikael yang punya kuncinya. Tanpa pikir panjang Mikael berlari ke gudang dan mendapati kunci miliknya tergantung di pintu. Ketika Mikael melihat ke dalam, ada Tsabiya yang sedang duduk membelakangi pintu di lantai dengan banyak kertas terhampar berantakan.
Mikael merasa jantungnya seperti berhenti berdetak karena ketakutan.
"Tsabiya? kamu---saya bisa jelaskan." Tsabiya menoleh mendengar dipanggil. Tak jauh darinya, Mikael berdiri begitu gugup.
"Ya, silahkan jelaskan. Aku mau dengar sejelas-jelasnya tentang rahasia kamu sampai ke bagian kita bisa menikah." Tsabiya bangun dan berdiri diam menunggu Mikael mengatakan sesuatu.
"Saya---saya pernah mengalami kecelakaan."
"Lalu?"
"Saya berkendara dalam keadaan mabuk sepulang clubbing dan sampai di desa ini. Saya menabrak pembatas jembatan dan jatuh ke sungai. Kejadiannya saat subuh. Saya terjebak, tidak bisa keluar dan hampir mati. Ayah kamu dan Pak Aryo menolong saya saat berangkat solat subuh ke masjid."
"Lalu?" Tsabiya masih berdiri di tempatnya. Sorot matanya menyiratkan banyak kebingungan. Mikael berusaha mendekat tapi Tsabiya menolak dengan tegas. "Jangan mendekat, jelaskan aja di tempat kamu berdiri."
"Saya minta ayah kamu dan Pak Aryo untuk merahasiakan keberadaan saya dari siapapun termasuk keluarga saya. Saya menyuruh keduanya membiarkan berita tentang saya yang hilang tersebar luas. Lima tahun yang lalu, saya tidak ingin kembali ke kehidupan saya yang sudah saya lewati 25 tahun itu."
"Biya, saya dan ayah kamu tidak bermaksud membohongi kamu. Kami---"
"Silahkan lanjutkan ceritanya," titah Tsabiya dingin.
"Saya tinggal di sini 5 bulan, ayah kamu membiarkan saya tinggal di sini tanpa diketahui oleh siapapun kecuali ayah kamu dan Pak Aryo."
"Lima tahun lalu, saya masih tidak bisa berdamai dengan keadaan keluarga saya. Saya trauma dengan pernikahan karena pernikahan yang mama jalani. Saya membenci takdir dan tidak percaya Tuhan. Saya membenci mama dan selalu berdebat. Saya bersikeras bahwa kebahagiaan itu semu dan hidup menempatkan saya di posisi tidak adil. Saya kecewa pada takdir hidup dan hilang arah. Saya kecewa sebab bertahun-tahun berusaha untuk menerima takdir tapi tidak pernah bisa. Dulu, setiap saya lihat mama, hanya kebencian yang ada di dalam diri saya. Saya benci lahir dari dua orang tua tukang selingkuh."
"Keberadaan Mikall semakin menambah kemarahan saya karena dialah bukti nyata dari perselingkuhan Papa saya. Saya benci hidup dikelilingi mereka dan berkaitan seumur hidup dengan mereka. Berapa lama pun saya sudah hidup bersama mereka setelah perselingkuhan itu terbongkar, saya tetap tidak bisa mengambil hikmahnya dan berdamai ternyata."
"Saya tidak suka dekat dengan perempuan karena terbayang-bayang dengan yang Mama lakukan, saya menentang pernikahan saat Mama meminta saya segera menikah, menurut saya pernikahan tidak membuat saya merasa hidup dan saya enggan mencari pasangan. Sampai pada akhirnya rumor tentang saya seorang Gay beredar di kalangan kantor." Mikael mengurut pelipisnya. Rasanya dunia benar-benar kacau lagi saat Mikael harus membuka lembaran lama menakutkan.
"Rumor itu bukan hal besar bagi saya pada saat itu. Saya tidak peduli pada omongan orang dan terus hidup dengan sembrono sampai kecelakaan terjadi. Ayah kamu membantu saya kembali ke jalan yang seharusnya. Perlahan saya belajar ilmu agama dan menerima Mama dan Mikall sebagai bagian dari hidup saya. Saya belajar menerima takdir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabiya
Ficción GeneralApa yang terjadi ketika Tsabiya tiba-tiba dilamar oleh seorang laki-laki yang baru sekali ia temui di hari duka kematian ayahnya? Apakah mungkin ada pernikahan tanpa cinta? Apakah Tsabiya akan menerima atau tetap memilih hidup sebatang kara tanpa or...