Hubungan yang Aneh

1.7K 91 3
                                    

Tsabiya begitu gugup sejak menyelesaikan mandinya. Ia menemukan pakaian aneh dalam lemarinya. Pakaian pemberian mertuanya. Pakaian yang Tsabiya tahu kapan harus dipakainya. Dua minggu lebih berlalu dengan Mikael yang begitu sibuk dan selalu pulang langsung tidur membuat Tsabiya bertanya-tanya dalam hati tentang rencana Mikael beberapa waktu yang lalu. Bukan apa, Tsabiya memang takut tapi apa yang bisa ia lakukan kecuali mengabulkannya? Kalau tidak juga nanti Tsabiya akan berdosa kan?

Tsabiya menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun dengan kain tipis dan membentuk lekuk tubuhnya. Sungguh Tsabiya tidak mau menyebut nama gaunnnya. Ia hanya akan mendeskripsikan saja.

Tsabiya masih melihat dirinya dalam pakaian tidur berwarna pastel yang membuatnya ngeri. Potongannya pendek sekali. Siapa pencetus ide pakaian semenyeramkan itu? Transparan juga. Tidak layak digunakan selain di dalam kamar dan di depan mahram sendiri. Tapi bagaimana kalau Mikael melihat Tsabiya seperti itu? Apa keputusan Tsabiya memakainya itu benar?

Tsabiya pusing. Ia tidak peduli, ia mau tidur saja sebelum terpergoki terjaga dengan keadaan pakaian yang menerima udara dari bagian mana saja saking tipisnya.

Tsabiya naik ke atas tempat tidurnya dan tak lama terlelap di sana.

Mikael yang baru saja pulang langsung masuk ke kamarnya. Sebenarnya sudah dua hari berturut turut Mikael menyelesaikan pekerjaannya sampai sore hari tapi laki-laki itu memilih berada di luar rumah sampai malam larut.

Mikael masuk ke kamarnya disambut pemandangan Tsabiya tertidur lelap dengan gaun tidur yang kekurangan bahan. Tubuh indah tergeletak bebas di tengah-tengah tempat tidur tanpa terselimuti. Gaunnya tersingkap sembarangan tanpa ia sadari.

Mikael meletakkan tas kerjanya di sofa lalu beralih ke arah Tsabiya. Laki-laki itu melihat sekilas tubuh Tsabiya.

"Bangun." Pipi Tsabiya ditepuk-tepuk membuat rambut yang menutupi pipi ikut bergerak-gerak. Tak begitu sulit, Tsabiya bangun dengan setengah kesadarannya.

"Udah pulang?" Tsabiya menatap Mikael  dan langsung bangun dari tidurnya. Ia tidak sadar, tubuhnya langsung ia geser agak ke pinggir.

Mikael tak membalasnya. Laki-laki itu sibuk meletakkan ponsel dan jam tangan di nakas.

"Besok-besok kalau pakai baju itu tidurnya di dalam selimut." Tsabiya menatap dirinya mendengar Mikael menegur tanpa menoleh ke arahnya. Sontak Tsabiya malu bukan kepalang.

"Oh, Maaf. Aku akan ganti sekarang." Tsabiya segera turun dari tempat tidur ingin mengganti bajunya. Dasar Tsabiya.

"Kamu tunggu saya?" Tsabiya terhenti. Tak jadi melangkah.

"I-i-iya enggak," jawabnya gugup. Mikael mendekat. Berdiri tepat di depan Tsabiya. Segera Tsabiya menunduk. Yang ia tatap hanya kakinya dan kaki Mikael. Lebih baik dari pada wajah datar Mikael yang tidak pernah tersenyum.

Mikael membuka dua kancing atas kemejanya, Tsabiya menutupi getaran takut pada dirinya. Mikael pergi entah ke mana membuat Tsabiya sedikit tenang. Namun tiba-tiba pintu terdengar di kunci dan lampu paling terang di kamar itu mati menyisakan lampu temaram, seketika ruangan itu jadi minim cahaya dan Tsabiya tidak tau di mana Mikael berada. Tiba-tiba sebuah tangan mampir di pinggangnya dan mendorongnya jatuh ke tempat tidur.

***

Tsabiya duduk diam di tempat tidurnya. Setelah ia mandi, tubuhnya terasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Mikael lalu lalang di depannya sambil terus memilih kemeja yang cocok.

Tsabiya canggung berada dalam keadaan seperti itu. Apalagi setelah melewati malam bersama Mikael, ternyata Mikael tetap dingin padanya, tidak memperlakukannya semanis cerita di novel-novel yang pernah Tsabiya baca. Entah kenapa Tsabiya kecewa. Tsabiya terlihat seperti bukan seorang istri sungguhan.  Tidak dicintai, tidak dianggap ada.

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang