Kamar Mama Mikael

653 30 2
                                    

"Ma, El di depan pintu, Ma!"

"Masuk El," sahut Yumna dari dalam kamarnya. Tsabiya menatap Mikael, ia ragu untuk masuk sesuai dengan permintaannya kemarin.

"El, Mama nanti terganggu nggak ya? kayaknya nggak jadi deh."

"Sudah, ayo masuk." Pintu kamar berderit dan terbuka, menampakkan perempuan paruh baya namun tetap cantik duduk di kasur masih dalam balutan mukena, baru selesai solat isya dan membaca Al-quran.

"El, Tsabiya, ada apa?" tanya Yumna penasaran.

"Ma, ini Tsabiya ingin tidur sama Mama katanya." Sejurus dengan kalimat Mikael, Tsabiya mencengkeram diam-diam lengan Mikael, takut dengan respon mertuanya.

Sementara Tsabiya takut, Yumna tersenyum kecil.

"Kayaknya ada yang bakal gantiin Mikaila temenin Mama tidur, sini Tsa, pasti ngidam ya? gapapa kok, orang hamil ngidamnya memang macam-macam."

Yumna bangkit dari tempat tidur, meletakkan kacamatanya di nakas, lantas berjalan menghampiri Tsabiya dan Mikael. Tangan Tsabiya ditarik pelan, memisahkan Mikael dan Tsabiya yang tadi lengket.

"El, mau tidur di sini juga?"

"Tidak, titip Tsabiya, ya, Ma, malam ini." Yumna mengangguk, Mikael segera memutar badan dan keluar dari kamar itu.

"Duduk sini, Mama buka mukena dulu." Tsabiya ditarik ke kasur, Yumna segera melepas mukena dan menggantungnya di tempat yang seharusnya.

"Ngidam ya? gapapa kok, Mama senang tau ada yang mau nemenin Mama tidur. Apalagi kamu yang nemenin, mimpi apa ya Mama kemarin, Tsabiya minta tidur sama Mama,"

"Ma, maaf ya Ma, Tsabiya juga gatau kenapa tiba-tiba pengen se-kamar gini sama Mama." Tsabiya cengengesan, sedikit aneh, biasanya mertuanya tidak banyak bicara tapi malam ini di luar dugaan.

Yumna menghampiri Tsabiya, ikut duduk di sebelah menantunya. "Tsa, kamu tau nggak, dulu waktu Mama hamil Mikael, ngidam Mama lebih aneh tau."

"Ha? aneh gimana, Ma?" Penasaran, Yumna tidak pernah cerita banyak sebelum ini.

"Mama dulu pengen banget makan disuapin dosen Mama pas kuliah, dosennya perempuan, sibuk banget orangnya, Tsa. Papanya Mikael sampai harus nungguin berjam-jam dosen itu selesai ngajar, terus pas ketemu, dosennya ga bersedia datang ke rumah karena belum bikin janji sebelumnya. Sampai harus bikin janji ketemuan dulu."

"Terus gimana, Ma?" se-aneh anehnya Tsabiya, rupanya mertuanya jauh lebih aneh.

"Beruntungnya, setelah dosennya tau kalo itu Mama, mahasiswanya yang udah lama banget lulus, beliau mau nyuapin tapi ga mau ke rumah. Akhirnya Mama dan Papanya Mikael ke kampus, bawa makanan yang Mama suka, terus ketemuan di kantin fakultas."

"disuapin?"

"Iya Tsa, disuapin pake tangan langsung sama seorang Profesor, diliat sama semua mahasiswa di kantin, Mama kalo ingat itu ketawa terus, El dari dalam kandungan maunya aneh-aneh. Ada kok fotonya, di fotoin Papanya El, hahaahha El emang unik anaknya."

Tsabiya ikut tertawa, se-random itu mertuanya? hahhahhaa, jago sekali merepotkan orang lain, bukan?

"Tapi Ma, Tsabiya juga selalu kagum sama El, El memang se-sulit itu untuk ditebak atau perasaan Tsabiya aja?"

"Nggak Tsa, bener kok, El itu paling susah dideketin, di antara anak Mama, El paling susah dibaca perasaannya, tertutup banget. Awal-awal Mama biasa aja tapi pas tau kepribadian kamu yang ceria, sedikit shock juga Mama kira dia bakal nikah sama yang pendiam juga, rupanya dia milih yang bisa warnain hidupnya dengan sedikit kegilaan yang ada di pasangannya. Mikaila cerita kok seberapa gokil kamu. Jadi Mama yakin, El hidupnya pasti lebih ceria sekarang."

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang