Usaha Tsabiya

1.5K 94 1
                                    


"Kalian di kantor sampai pukul berapa hari ini?" Seorang laki-laki yang sibuk dengan ponselnya terganggu ketika secara tiba-tiba seorang perempuan dengan senyum ceria muncul di hadapannya.

"Eh, belum tau Tsabiya," jawab Agil terus terang. Ia menunggu Mikael tapi yang muncul malah Tsabiya, secara mendadak pula.

"Siang di kantor? Bisa tolong bikin Mikael tetap di kantor nggak? Tolong ya?" Baiklah, sepertinya Tsabiya benar-benar mencoba mengakrabkan diri dengan Agil tanpa peduli sebelumnya keduanya memang sangat canggung.

"Eh, gini Tsabiya, siang ini Mikael ada jadwal makan siang sambil meeting sama client,"

"Ooo gitu, yaudah nggak apa-apa." Tsabiya tersenyum kecewa. Agil ikut tersenyum juga. Tsabiya ingin mencari tahu soal Mikael tapi ia sungguh tak punya cara, ia malah buntu seperti sekarang, Tsabiya tidak bisa membuka percakapan yang ia inginkan.

"Pulang pukul berapa?"

"Belum pasti sih, soalnya Mikael banyak urusan lain."

"Urusan lain apa? Urusan kantor?" tnya Tsabiya penasaran.

"Iya." Tuh kan, bagaimana Tsabiya mencari tau kalau Agil hanya menjawab apa yang ditanya. Tidak ada tambahan dan penjelasan urusan kantor apa, di mana dan sebagainya. Tsabiya curiga, jangan-jangan seluruh orang di rumah mereka sudah dikontrol oleh Mikael. Duh, bahaya. Itu artinya semakin sulit Tsabiya mencari tau apa yang ia mau. Tsabiya sadar tidak semua orang sepertinya, seperti Mikaila. Ketika seseorang bertanya satu hal, maka Tsabiya dan Mikaila akan menjawab sepuluh atau lebih hal lainnya yang bersangkutan dengan hal pertama, yang kalau dipikir-pikir setelahnya, tidak perlu diberi tahu juga, orang juga tidak butuh informasi tersebut. Terlalu banyak bicara bukan?

Dari dalam rumah, Mikael keluar dengan setelan rapi dan tampan pastinya. Ia berjalan menuju pintu mobil penumpang depan. Tsabiya segera mengikutinya.

"Makan malam di rumah ya?" mohon Tsabiya dengan mata penuh harap.

"Saya pulang terlambat."

"Pukul berapa? aku tungguin."

"Saya makan di luar."

"Di rumah aja bareng aku, aku nungguin kok, seberapa lama pun. Janji deh, mau ya, Mikael?"

Mikael diam, membuka pintu mobil lalu masuk. Suara mesin terdengar, mobil itu mundur, memutar arah dan keluar dari pekarangan.

"Nyebelin!!!!!!!" Tsabiya menahan kekesalannya.

Sabar.

Aku akan taklukkan kamu, setakluk takluknya.

Aku akan buat kamu jatuh hati, sejatuh-jatuhnya.

Aku bakal jadi global warming buat kamu, Mikael.

Kamu bakal cair, pasti. Liat aja.

"POKOKNYA LIAT AJA! SIAPIN HATI!" Tsabiya mengucap lantang dengan penuh semangat seperti orang demo.

"KAK TSABIYA NGAPAIN? MAMA KAK TSABIYA KESURUPAN TELPON PAK USTAD MA! MAMA TOLONG BURUAN!" Tsabiya menoleh melihat ke teras rumah di mana Mikaila begitu panik.

"Il, Il, kakak enggak kesurupan! Enggak! Kamu salah paham!" Tsabiya berlari, membekap mulut adik iparnya demi menghindari kehebohan di rumah.

"Enggak kesurupan?" tanya Mikaila seperti orang bodoh.

"Nggak."

"Tes vocal?"

"Nggak juga, Il."

"Terus ngapain? Oh tau, Belajar acting ya? Mau ikut casting? "

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang