Mode Senggol Bacok, On!

1.6K 83 18
                                    

"Tsabiya? Bangun." Mikael tak menemukan Tsabiya di kamar saat ia masuk, padahal jam sudah pukul tiga pagi saat ia kembali dari mengobrol bersama Agil di halaman belakang. Selama Menikah, Mikael jadi susah tidur entah karena hal apa. Sekalipun kalau Mikael bisa tidur, ia akan terbangun tiba-tiba seperti malam ini, terbangun pukul dua pagi, yang bisa ia cari hanya Agil untuk diajak bicara, beruntungnya Agil juga terbangun entah karena memikirkan apa, jadilah keduanya saling punya teman bicara.

Tsabiya menggeliat dalam tidurnya di sofa. Masih belum sadar penuh dibangunkan hingga akhirnya membuka mata dengan terpaksa lalu mendapati Mikael berdiri di dekatnya.

"Kenapa tidur di---"

"Tadi aku bangun mau ke kamar mandi kamu nggak ada, kebiasaan kamu main tinggal, dikit aja longgar aku peluk, kamu langsung hilang. Pas aku liat ngobrol sama Agil, ya udah aku nunggu di sini deh sambil nonton tv malah ketiduran, sebel." Tsabiya bercerita dengan sendirinya, menjelaskan apa yang perlu suaminya itu ketahui.

"Lagian kamu kenapa sih suka pergi tiba-tiba, kamu nggak tau ya, sekarang nggak enak kalo tidur nggak meluk kamu. Abis bikin nyaman terus ngilang," dumel Tsabiya jujur. Ia kesal, tidurnya jadi tidak nyenyak karena kehilangan guling besarnya.

"Manja," balas Mikael mencebik. Tsabiya langsung bangun, dan berjalan duluan menuju tangga. Mikael berjalan di belakangnya. Tiba-tiba pintu rumah terdengar diketuk dengan keras dan brutal. Keduanya berhenti melangkah.

"El, maling?" Ysabiya membulatkan matanya menatap Mikael penuh kecurigaan.

"Sejak kapan gerak gerik maling berisik?"
Pertanyaan Mikael seolah menyindir Tsabiya yang tidak mengerti bagaimana maling bekerja. Di mana-mana maling bekerja dengan senyap kecuali ketika tidak sengaja menjatuhkan barang.

"Ck, dulu maling di rumah aku berisik tau."
Suara pintu semakin keras terdengar, Mikael yang santai langsung saja menuju pintu, Tsabiya berdiri diam dan deg-degan. Ia cemas karena tidak tau apa yang Mikael lakukan, akhirnya ia memilih ikut di belakang.

Mikael membuka pintu dan seketika sebuah tubuh hampir saja rubuh di depannya karena tadi bersandar di pintu, Mikael mundur dua langkah, aroma alkohol menguar cukup kuat dari seseorang yang ada di depannya. Orang itu adalah Mikall yang pulang dalam keadaan mabuk berat. Tsabiya terkejut mematung beberapa meter di belakang Mikael.

Penampilan Mikall sungguh berantakan. Tsabiya bergidik ngeri melihatnya.

"Biasa aja dong muka lo lihat gue begini, kayak nggak pernah aja!" Mikall berjalan sambil menjulurkan tangan ingin menepuk pundak Mikael namun laki-laki itu menghindar. Tsabiya mengernyit menalar kalimat Mikall barusan.

"Lo masih bangun? Ngapain?" Mikall menunjuk Tsabiya sambil terus berjalan menuju perempuan itu dan berdiri tepat di depannya. Sementara Mikael sedang menutup pintu.

"Oh ya, gue lupa lo kan bonekanya Mikael, ya harus mau lah disuruh ngapain aja meskipun udah jam segini. Hahahaha."

"Gue nggak tau deh kenapa lo milih dia, apa jangan-jangan lo udah bosan sama cewek-cewek di club?" Mikall menatap Mikael sambil tersenyum sinis. Laki-laki itu diam. Tsabiya bertanya-tanya, cewek-cewek di club?

"Lo cantik sih kalau boleh jujur, pake piyama ketutup gini aja keliatan seksi, gimana kalau nggak---"

BRUKKKK....

Mikall jatuh membentur lantai sebelum tangannya sempat menyentuh wajah Tsabiya dan ucapan menjijikkannya terselesaikan. Tsabiya terkejut bukan main ketika melihat Mikael melayangkan tangannya ke arah Mikall dengan kekuatan penuh. Tsabiya tidak percaya. Laki-laki itu berdiri tepat di depannya sekarang, menatap datar ke arah Mikall yang masih tertawa meskipun sudah jatuh sebegitu kerasnya.

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang