Tsabiya Juga Gila

1.5K 97 1
                                    


Seminggu berlalu sejak kejadian pencurian di rumah Tsabiya. Perempuan itu memulai aktivitasnya lagi dengan kembali bekerja. Hari-hari berjalan sepi dan malam-malam seolah tidak akan pagi karena sendiri rasanya benar-benar sulit dijalani.

"Fat, aku mimpi aneh banget deh." Tsabiya memulai pembicaraan sore itu pada sahabatnya.

"Mimpi apa? Mimpi es kutub mencair? Udah mulai cair kali, Tsa."

"Bukan, Fat. Ini mimpi serius." Fatima mendelik.

"Aku mimpi Ayah datang kenalin Mikael ke aku."

"Mikael siapa?" tanya Fatima.

"Itu loh, yang kamu sering liat di pengajian masjid, yang mengimamkan jenazah ayah."

"Oh, Mikael namanya?"

"Iyaa."

"Terus?"

"Ayah bilang, Mikael juga anaknya, padahal kan aku anak satu-satunya Ayah." Tsabiya bingung dengan mimpinya sendiri. Fatima memutar otaknya mencoba menelaah arti mimpi sahabatnya.

"Jangan-jangan Mikael itu anak ayah kamu sama ibu kamu yang lain," celetuk Fatima asal.

"Heh, jangan nuduh Fat. Itu ayah aku loh yang kamu omongin."

"Hehehe, iya sih. Maaf Tsa."

"Kok mimpinya bikin bingung ya?" tanya Tsabiya.

"Tapi tunggu deh Tsa, kok kita ngomongin Mikael-Mikael itu sih, kita aja nggak kenal, cuma pernah ketemu aja."

"Mikael lamar aku jadi istrinya," tutur Tsabiya jujur.

"APA?" Fatima mengeluarkan muncratan kunyahan semangka dari mulutnya.

"Ih, sinetron deh!" Tsabiya menjauhkan wajahnya kesal.

"Serius? Aku mimpi nggak?" Fatima menatap Tsabiya.

"Aduh sakit, Tsa!" Fatima meringis ketika bahunya dicubit Tsabiya dengan kekuatan penuh.

"Dia lamar aku, datang sama ibunya. Seminggu setelah ayah meninggal. Dia nggak bilang hubungannya sama ayah apa, lamaran itu mencurigakan,"

"Ih Tsabiya, bukannya senang dilamar orang kaya malah suudzon."

"Fat, kalau lamaran itu ada maksud terselubungnya gimana?"

"Nggak sih kayaknya, keliatan Mikael itu baik."
Fatima memberi pendapat.

"Aku yakin nggak yakin dia itu baik."

"Hati kamu yakinnya gimana?" tanya Fatima serius.

"Aku nemu foto Mikael sama ayah. Tapi entah apa hubungan mereka, sepertinya ayah terobsesi sama Mikael."

"Oh ya?"

"Iya, tapi itu cuma buktinya. Mikael aku tanya juga nggak bilang apa-apa. Katanya ayah setuju kalau aku nikah sama dia, dan soal hubungan mereka, Mikael nggak mau menjelaskan. Omongannya itu menyuruh aku klarifikasi sama ayah sedangkan ayah aja udah nggak ada. Aneh."

"Lah kok gitu! Aneh banget!"

"Mikael itu ngotot mau nikahin aku. Ganteng sih, cuma bikin curiga."

"Dasar Tsabiya," sela Fatima lagi.

"Kamu tanya aja sama warga yang sering pengajian sama Mikael di masjid. Pasti mereka bakal bilang Mikael itu gimana? Ya nggak?"
Saran Fatima.

"Aku udah tanya dan jawaban mereka cuma Mikael itu baik. Baik itu luas. Baik apanya? Lagian kalau kita tanya mereka, mereka kan cuma tau luarnya aja. Mereka nggak tau seluk beluknya."

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang