Kalau ada orang yang bertanya bagaimana hidup Tsabiya setelah kepergian ayahnya, mungkin Tsabiya hanya akan menghela napas pertama kali sebelum memulai ceritanya. Ia hanya tidak habis pikir bagaimana keterkejutan bertubi-tubi muncul di hidupnya. Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, hidupnya berubah drastis.
Kini Tsabiya sah sebagai istri dari Mikael, lelaki yang baru dikenalnya belum lama ini menikahinya tadi pagi. Semua orang pasti berpikir acara pernikahannya mewah sekali bukan? Bahkan Tsabiya sendiri juga berpikir seperti itu. Bukan Tsabiya menunggu momen mewah dan berharap mati-matian terangkat derajatnya, hanya saja Mikael memang terbukti kaya dari rumah dan semua yang ia punya, ya kali orang kaya menikah dengan cara sederhana? Keliatannya tidak mungkin.
Tapi yang terjadi dengan pernikahan Tsabiya malah seperti itu. Tidak ada tamu yang hadir. Pernikahan begitu tertutup. Hanya ada dua orang saksi, penghulu, Mikael, Yumna, Mikaila, Pak Aryo dan istrinya dan seorang laki-laki yang begitu sibuk mengurus kepentingan Mikael. Menurut penuturan Mikaila sih itu asisten pribadi Mikael. Tsabiya tidak banyak bicara.
Waktu berlalu begitu saja, tak ada istimewa setelah akad selesai. Semua berjalan rata. Sedikit terharu ketika Tsabiya menahan tangis dan ingin memeluk sang ayah yang sudah tak di sampingnya. Yang terdengar sesenggukan malah Yumna yang sudah menjadi orangtua barunya.
Selesai akad, Mikael dipeluk erat ibunya. Entah apa yang sempat mereka berdua bicarakan, Tsabiya tak sempat mendengar karena Mikaila sibuk mengajaknya berfoto. Anak itu benar-benar ramah dan mudah beradaptasi tanpa menaruh sedikitpun curiga, berbeda dengan Tsabiya yang begitu curiga dengan Mikael dan orang di sekitarnya.
Kalau Mikael terlihat dingin, malah Mikaila sebaliknya.
"Maaf saya tidur di mana?" Pertanyaan Tsabiya meluncur begitu saja ketika ia keluar dari kamar mandi kamar Mikael dengan piyama dan sudah melepas jilbabnya. Mikael tak bergerak dari duduknya di kursi meja kerjanya. Laki-laki itu tak memandangnya.
"Di kasur." Mikael menutup laptopnya lalu berbalik. Matanya menyapu sebentar ke arah Tsabiya lalu bergerak ke tempat tidur.
Ya Allah ini suami dingin banget!
Tsabiya ikut mendekat ke kasur dan naik dengan canggung. Mikael menarik selimut dan merebahkan badannya. Laki-laki itu langsung memejamkan mata. Tsabiya merebahkan badannya canggung. Malam pengantin apa ini? Kasur tak berhias apapun. Keduanya diam seperti orang asing terjebak dalam sebuah ruangan dan terkunci dari luar lalu tak ada pertolongan.
Tsabiya ikut memejamkan mata. Di tengah keduanya terpisah oleh guling. Tsabiya tidak pernah berada dalam kondisi secanggung ini sebelumnya. Hatinya berdegub tak karuan. Karena memikirkan kecanggungan itu, ia hanya bisa bolak balik tapi tidak mengantuk.
"Jangan banyak bergerak, tidur saja." Suara dingin dan angkuh itu mengintrupsi secara tiba-tiba.
"Maaf, saya----"
"Jangan ajak saya ngobrol."
"Maaf tapi saya harus panggil Anda, kamu apa?" Canggung. Tsabiya tidak bisa memilih kata yang pas.
"Mikael."
"Tapi itu tidak sopan." Tak ada jawaban. Mikael langsung tidur. Tsabiya hanya bisa meremas selimut kesal karena perlakuan Mikael yang menyebalkan.
***
Tsabiya merasa terganggu tidurnya ketika kakinya digoyangkan seseorang. Ia terpaksa membuka mata dengan paksa.
"Bangun." Mikael segera bangkit menuju kamar mandi setelah melihat Tsabiya bangun. Tsabiya duduk sebentar mengumpulkan nyawanya dan melihat jam. Tak lama Mikael sudah keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabiya
Ficción GeneralApa yang terjadi ketika Tsabiya tiba-tiba dilamar oleh seorang laki-laki yang baru sekali ia temui di hari duka kematian ayahnya? Apakah mungkin ada pernikahan tanpa cinta? Apakah Tsabiya akan menerima atau tetap memilih hidup sebatang kara tanpa or...