01. Kembali

55.7K 2.4K 99
                                    

Menyusun skripsi adalah bagian paling melelahkan bagi setiap Mahasiswa tingkat akhir, begitu juga Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyusun skripsi adalah bagian paling melelahkan bagi setiap Mahasiswa tingkat akhir, begitu juga Luna. Gadis berusia 21 tahun itu hampir tiap malam bergulat dengan tumpukan kertas hasil riset dan revisi.

Setiap coretan dari Dosen pembimbing, seperti pisau yang mengiris kulitnya. Luna tahu bukan hanya ia yang mengalami hal itu, Namun semuanya terasa berat dengan minimnya sumber daya yang ia miliki karena ia hanya sebatang kara, tanpa sanak saudara.

"Luna aku tahu kau ada di dalam" teriak seorang wanita paruh baya berkonde yang menggedor pintu kamar dengan sangat keras. "Aku beri waktu dua hari, kalau kau tidak membayar sewa, kau harus kosongkan kamar ini secepatnya! Aku ini berbinis, bukan beramal" pekiknya wanita itu lalu pergi dengan langkah yang dihentak.

Mengetahui Ibu kostnya sudah pergi, Luna menarik nafas lega. Uangnya tidak cukup untuk membayar sewa karena ia gunakan untuk biaya jilid dan print. Sementara ia baru gajian minggu depan.

Helaan berat keluar dari bibir gadis itu, harapannya cuma satu saat ini, segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sebab itulah Ia memilih jurusan bisnis supaya bisa kerja kantoran dan bergaji tinggi.

Suasana kembali tenang, di kamar kost sempitnya yang hanya berdinding tripleks, gadis berkacamata itu tampak fokus menatap layar laptop tua bekas yang ia beli dari hasil kerja sambilannya sebagai penjaga kios mainan di pasar malam.

Saking sibuknya, Luna bahkan tidak punya waktu untuk mengurus dirinya. Entah sudah berapa hari rambut keritingnya tidak ia cuci, wujudnya kini sudah seperti gumpalan ilalang di musim kemarau, mengembang.

Terdapat satu gelas berukuran sedang di sisi kanannya yang berisi air berwarna keruh dengan bau menyengat, isinya sudah hampir habis ia minum sejak tadi sebagai pengganti kopi.

Kebutuhan hidup dan biaya kuliah yang mahal membuatnya tak memiliki uang lebih untuk membeli kafein yang membuatnya bisa tetap terjaga, Akibatnya air jeruk nipis dari pohon di belakang Kampus menjadi alternatif yang ia pilih.

Luna kembali menarik nafas, dadanya tiba-tiba terasa sesak, rasa ingin muntah begitu mendesak. Keringat dingin mulai mengucur deras dari pelipis dan lehernya, wajahnya mulai memucat. Ia ingat belum makan sejak pagi, bukan karena tidak sempat tapi karena memang tidak ada yang bisa dimakan.

Kembali ia teguk air jeruk nipis yang tersisa, berharap rasa tidak nyaman yang ia rasakan berkurang. Namum setelah air itu melewati tenggorokannya, bukannya mereda, rasa sakit itu malah semakin parah. Ulu hatinya terasa panas.  Gadia itu-pun muntah, tapi yang  keluar hanya cairan bening.

Luna berdiri dari duduknya dan berjalan dengan tertatih, ia bertopang pada apa saja yang bisa membuatnya tetap berdiri menuju pintu untuk mencari bantuan. Hanya tinggal beberapa langkah lagi ketika tiba-tiba pandangannya menggelap, pegangannya goyah dan ia jatuh tersungkur tak bernafas lagi.

Luna gadis dari Panti yang hidup mandiri sejak lulus SMA, sudah meninggalkan dunia tanpa seorang-pun yang tahu.

🍈

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang